OPINI  

Mewaspadai “Masyarakat Tontonan”

Bdk. Debord, Guy. “Society of the Spectacle”. Terj. Ken Knabb. London: Rebel Press

Avatar of Redaksi Krebadia
Guy-Ernest Debord, 1931–1994, pemikir Marxisme asal Prancis, filsuf, sineas, dan kritikus kerja. (Wikipedia)
Guy-Ernest Debord, 1931–1994, pemikir Marxisme asal Prancis, filsuf, sineas, dan kritikus kerja. (Wikipedia)

Ditulis oleh Ican Pryatno

Guy Debord, sosiolog-filsuf berkebangsaan Perancis, menulis buku berjudul Society of the Spectacle (Masyarakat Tontonan). Dalam karya ini, Debord menegaskan bahwa masyarakat tontonan adalah masyarakat yant terkonstruksi dalam pola relasi yang dimediasi melalui ‘gambar’. 

Bagi Debord, dalam corak masyarakat seperti ini, orang suka memotret, memosting, atau meng-upload perihal keseluruhan diri dan aktivitasnya. 

Bagi Debord, ketika segala sesuatu terkonstruksi dalam bahasa ‘tontonan’, orang menganggap itu sebagai ekspresi diri. Pun orang akan melihat bahwa realitas yang sesungguhnya adalah apa yang tampak dalam  potret gambar. Sehingga dalam masyarakat seperti ini, “yang riil adalah apa yang tampak dalam bentuk postingan.”

Bagi Debord, ciri mendasar masyarakat Tontonan adalah ketiadaan refleksi. Refleksi ini berhubungan dengan kemampuan berdialog, mempertanyakan realitas ataupun segala yang tampak.

Maka bagi Debord, dalam kondisi masyarakat seperti ini orang tidak mempertanyakan segala hal yang dapat diakses dalam media sosial. Malahan, ketika tiap-tiap orang terkondisi dalam model relasi ‘tontonan’, mereka justru menerima–tanpa mempertanyakan–segala hal yg dikonsumsi dalam media sosial. Orang sampai mengklaim “Apa yang muncul itu baik,” demikian Debord, “Pun apa yang baik itu muncul!”

Selain itu, dalam masyarakat tontonan, orang berlomba-lomba memproduksi segala sesuatu. Orang dituntut untuk meng-upload, memosting, dan bahkan harus terus mengabarkan apa pun di media sosial. 

Maka, dalam masyarakat tontonan, ketika kita tidak mengabarkan apa-apa, kita serasa seperti subjek yang mati. Pun ketika kita tidak meng-upload apa-apa, kita serasa seperti subjek non-produktif: yang tidak punya kemampuan untuk menghasilkan sesuatu.

Maka, sebetulnya, indikator ‘diri’ dalam masyarakat tontonan dilihat sejauh mana kita mampu memproduksi kabar di media sosial. Namun di sinilah kritikan Debor.

Baginya, ketika setiap orang dituntut untuk memproduksi, justru mereka menjadi subjek yang tertunduk dalam logika produktivitas. Orang tidak lagi menjadi subjek bebas. Orang tidak lagi hidup dalam kesadaran diri. Malahan, tiap-tiap orang terbuai dalam kehendak untuk ‘memproduksi’.

Lalu, apa akar “masyarakat tontonan”? Bagi Debord, kemunculan masyarakat tontonan beriringan dengan spesialisasi kehidupan sosial. 

Dalam kondisi ini, orang lebih suka bergelut dengan kepentingan diri. Orang lebih akrab membanggakan pencapaian ataupun hasil dari tiap-tiap pribadi. Orang enggan membicarakan urusan bersama. Malahan, bagi Debord, orang mengalami loss of unity.

Maka, ketika yang sosial direduksi dalam lingkup spesialisasi ataupun produktivitas individual, setiap orang berusaha membranding diri, memasarkan pencapaian diri di media sosial. Dalam keadaan inilah, orang akan teralienasi dari otentisitas diri dan bahkan dari dunia sekitar. Yang terpenting, segala yang ‘nyaman’ adalah apa yang tampak dalam media sosial.

***

Teguran Guy Debord juga menjadi awasan bagi kita: 

“Apakah kita mampu menjaga otentisitas diri di tengah kepungan postingan di media sosial?” 

“Apakah kita tetap mampu menjaga kewarasan berpikir, pun kejernihan hati dalam merenung, di tengah rentetan kabar di media sosial yang bisa membius kesadaran?”

Kalaupun saat ini dunia terkondisi dalam model masyarakat tontonan, maka kita mesti berlomba-lomba untuk menjadi subjek dialektik yang merenung dan mempertanyakan segala hal tanpa batas.

Karena itu, tetaplah menjaga kejernihan batin untuk mencari kepastian di tengah ribuan kabar di media sosial. Sebab, memang kita serasa susah terlepas dari konstruksi masyarakat Tontonan. Namun kita masih punya hati dan pikiran untuk menemukan kepastian.

SUMBER