Milan Kundera: “Perjuangan Melawan Kekuasaan adalah Perjuangan Ingatan Melawan Lupa”

Milan Kundera mengeksplorasi bagaimana kekuasaan politik dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari individu dan mengubah sejarah mereka

Milan Kundera adalah novelis Prancis kelahiran Ceko
Milan Kundera adalah novelis Prancis kelahiran Ceko. Kundera berpulang  Rabu 12 Juli 2023 di apartemennya di Paris, Prancis, pada usia 94 tahun

Krebadia.com — Novelis Milan Kundera berpulang  Rabu 12 Juli 2023 di apartemennya di Paris, Prancis, pada usia 94 tahun. Media internasional memberitakan kepergiannya dengan memoar penuh kehormatan.

Milan Kundera adalah novelis Prancis kelahiran Ceko. Ia tinggal dalam pembuangan di Prancis sejak 1975 dan dinaturalisasi pada 1981. Kewarganegaraan Cekoslowakianya dicabut pada 1979, tetapi kemudian diberi kembali pada 2019.

Karyanya yang terkenal adalah The JokeLelucon, The Book of Laughter and Forgetting – Kitab Lupa dan Gelak Tawa, dan The Unbearable Lightness of Being.

Milan Kundera menerima beberapa penghargaan. “Penghargaan Yerusalem” 1985, “Penghargaan Negara Austria untuk Sastra Eropa” 1987, “Festival Sastra Internasional Vilenica” 1992, “Penghargaan Herder” 2000, dan “Penghargaan Negara Ceko” 2007.

Buku-bukunya dilarang oleh rezim komunis di Cekoslowakia hingga kejatuhan rezim tersebut pada Revolusi Beludru 1989. Kundera hidup hampir sepenuhnya dalam kerahasiaan. Ia jarang berbicara di depan media. Dia telah berkali-kali menjadi kandidat penerima Nobel Sastra hingga maut datang menjemput.

Karya-karya Kundera seringkali menghadirkan unsur-unsur kompleks dan beragam, seperti narasi yang tidak linear, penggabungan elemen nyata dan fiksi, serta refleksi filosofis dan sejarah. Gaya penulisan intens, analitis, dan reflektif menjadi ciri khas karyanya.

Kundera dikenal sebagai tokoh kontroversial dan kontemporer yang penuh dengan pemikiran kritis terhadap politik dan budaya masa kini. Ia pernah mengalami penindasan politik selama era komunis di Cekoslowakia dan kemudian menjadi warga negara Prancis pada 1981.

Karya-karya Milan Kundera telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dan meraih banyak penghargaan. Ia dianggap sebagai salah satu penulis paling berpengaruh dari generasinya. Karya-karyanya terus diapresiasi dan dibaca hingga saat ini.

Milan Kundera

Milan Kundera dan Ingatan Melawan Lupa

Ada satu kutipan sangat terkenal dari novel Kundera, The Book of Laughter and Forgetting – Kitab Lupa dan Gelak Tawa yang layak diapresiasi:

“Langkah pertama dalam membubarkan suatu bangsa adalah dengan menghapus ingatannya. Menghancurkan bukunya, budayanya, sejarahnya. Kemudian, ada seseorang yang menulis buku baru, menciptakan budaya baru, dan memalsukan sejarah baru. Tak lama kemudian, bangsa tersebut akan mulai melupakan identitasnya dan sejarahnya …. Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan ingatan melawan lupa.”

Novel The Book of Laughter and Forgetting sendiri terdiri dari tujuh bagian yang saling terhubung namun berdiri sendiri.

Novel ini mengeksplorasi tema-tema seperti kekuasaan, cinta, ingatan, dan penghapusan dalam bentuk narasi non-linear.

Setiap bagian novel ini memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda dan berfokus pada kisah hidup individu-individu dalam lingkungan politik dan sosial yang terus berubah.

Salah satu bagian yang paling dikenal dalam novel ini adalah cerita tentang Tamina, perempuan yang mencari dan berjuang mengembalikan asal-usul keluarganya yang telah dihapus oleh pemerintahan komunis.

Konsep penghapusan ini merupakan tema sentral novel ini, di dalamnya Kundera mengeksplorasi bagaimana kekuasaan politik dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari individu dan mengubah sejarah mereka.

Novel ini juga menggambarkan elemen satir dan ironi menghadapi kekuasaan politik. Karakter-karakter dalam novel ini cenderung terjebak dalam sistem politik dan sosial yang otoriter. Melalui humor dan komedi gelap, Kundera merayakan kebebasan dan mengkritik kekuasaan yang menindas.

 The Book of Laughter and Forgetting merupakan novel yang kompleks dan multifaset. Kundera menggunakan berbagai teknik naratif seperti flash back (sorot balik), cerita pendek, dan narasi yang berulang-ulang untuk memperkuat tema-tema seperti ingatan, cinta, dan kekuasaan.

Novel ini menggabungkan unsur-unsur realisme magis, filsafat, dan politik, dan dianggap sebagai salah satu karya terbaik Milan Kundera yang menggambarkan kehidupan di bawah rezim komunis dengan cara yang unik dan gamblang.

Milan Kundera

Tokoh Tamina dalam Novel Milan Kundera

Dalam The Book of Laughter and Forgetting, kekuasaan digambarkan sebagai agen yang bertanggung jawab atas penghapusan ingatan publik.

Kisah tokoh Tamina menjadi representasi bagaimana kekuasaan dapat menghilangkan atau merusak ingatan kolektif masyarakat.

Tamina adalah karakter yang mencoba mengungkap asal-usul keluarganya yang telah dihapus oleh pemerintah komunis. Dia adalah seorang wanita muda yang tumbuh dalam lingkungan politik yang penuh ketidakpastian dan ancaman. Pemerintah meredam kebebasan berbicara dan menghapus sejarah keluarganya untuk menciptakan narasi yang sesuai dengan agenda politik mereka.

Kekuasaan di novel ini menggunakan berbagai cara untuk menghapus ingatan publik. Misalnya, mereka mengganti nama-nama jalan, mengubah gambar sejarah, atau bahkan melarang benda-benda fisik yang berkaitan dengan masa lalu yang ingin dihapus. Hal ini menciptakan kebingungan dan ketidakpastian dalam ingatan masyarakat, sehingga mereka menjadi tertekan dan takut untuk mencari kebenaran.

Tamina dengan gigih mencoba mengungkap kebenaran dan mengembalikan ingatan yang hilang. Namun, perjalanan ini tidaklah mudah karena kekuasaan terus berusaha menghalanginya. Mereka menggunakan ancaman dan intimidasi untuk menjaga agar ingatan publik tetap terhapus.

Novel ini menggambarkan betapa pentingnya ingatan publik dalam menjaga integritas sejarah dan memahami masa lalu. Dalam menghapus ingatan, kekuasaan dapat dengan mudah memanipulasi masyarakat dan membangun narasi yang memenuhi kepentingan politik mereka. Penghapusan ini juga menciptakan perasaan kehilangan identitas dan keterasingan di masyarakat.

Dengan menggambarkan perjuangan Tamina dalam mengungkap kebenaran dan mengembalikan ingatan, Milan Kundera memperingatkan bahaya membiarkan kekuasaan manipulatif mengendalikan ingatan kolektif. Dia menyoroti pentingnya menjaga dan melindungi ingatan sebagai landasan sejarah dan pengetahuan manusia.

Milan Kundera

Semangat Perlawanan Tamina

Cerita tentang keberhasilan atau kegagalan Tamina dalam perjuangannya untuk mengembalikan ingatan keluarganya tidak secara eksplisit diungkapkan di dalam The Book of Laughter and Forgetting.

Sebaliknya, kisah Tamina mewakili perjuangan yang terus berlanjut dan sulit.

Tamina adalah karakter yang tekun dan bertekad dalam usahanya mengungkap asal-usul keluarganya yang telah dihapus oleh pemerintah komunis. Meskipun menghadapi ancaman dan kekerasan dari kekuasaan yang ingin menjaga penghapusan tersebut, Tamina terus mencari petunjuk dan berusaha menyusun kembali ingatan yang terhapus.

Namun, kekuasaan dalam novel ini digambarkan sebagai kekuatan yang kuat dan meluas, serta mampu memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan. Dalam konteks ini, keberhasilan penuh dalam mengubah kembali ingatan publik menjadi tugas yang sangat sulit, jika tidak mustahil.

Penulis Milan Kundera menekankan bahaya dan tantangan dalam menghadapi kekuasaan yang menindas dan praktik penghapusan ingatan.

Dia juga menyoroti keterbatasan individual dalam melawan kekuatan semacam itu. Dalam novel ini, perjuangan individu seperti Tamina mungkin hanya merupakan sebagian kecil dari upaya lebih besar untuk mengungkap kebenaran dan mengembalikan ingatan yang hilang.

Jadi, meskipun kisah Tamina tidak secara eksplisit menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akhir perjuangannya, karakternya merepresentasikan semangat perlawanan dan tekad untuk melawan kekuasaan yang ingin menghapus ingatan publik.

Milan Kundera

Orde Baru Mengendalikan Ingatan

Dalam konteks sejarah Indonesia, salah satu rezim otoriter yang berusaha mengendalikan bahkan menghapus ingatan publik adalah Orde Baru-nya Soeharto.

Rezim di bawah kepemimpinan Soeharto ini memiliki banyak cara mengendalikan dan memanipulasi ingatan kolektif serta mencerabut identitas budaya yang tidak sesuai dengan agenda pemerintah.

Beberapa contoh konkret dapat disebutkan.

  1. Penindasan politik: Rezim Soeharto menggunakan kekuatan aparat keamanan untuk membatasi kebebasan berpendapat, menyensor dan membungkam media, serta melarang organisasi dan kelompok masyarakat yang dianggap sebagai ancaman. Ini bertujuan menghapus narasi dan informasi yang bertentangan dengan versi sejarah yang diinginkan pemerintah.
  2. Reklamasi dan penghapusan sejarah: Pemerintah Orde Baru secara sengaja mengganti, menyensor, atau memutarbalikkan fakta-fakta sejarah yang dianggap tidak sesuai dengan narasi resmi. Misalnya, peristiwa G-30-S tahun 1965-1966 dikemas dalam narasi yang menggambarkan pemerintah lebih sebagai korban daripada sebagai pelaku kekerasan.
  3. Propaganda dan indoktrinasi: Pemerintah Soeharto memanfaatkan media dan pendidikan untuk menyebarkan propaganda yang menekankan stabilitas politik dan kemajuan ekonomi sebagai pencapaian utama rezim tersebut. Melalui kurikulum sekolah yang dikendalikan penuh, pemerintah berusaha menghancurkan narasi alternatif yang mengkritik atau menyebut kelemahan rezim tersebut.
  4. Pengendalian dan pemasaran budaya: Pemerintah Orde Baru secara aktif mengendalikan dan mengarahkan bentuk budaya yang akan digagas dan diakui sebagai bagian dari identitas nasional. Mereka mendukung dan mempromosikan kesenian dan budaya populer yang bersifat komersial dan menyensor atau mengabaikan bentuk ekspresi budaya yang kritis atau yang berasal dari kelompok minoritas.

Dengan menggunakan kombinasi strategi di atas, rezim Orde Baru berusaha menghapus memori kolektif, mengalihkan perhatian publik, dan membangun narasi yang sesuai dengan kepentingan politik dan ekonomi penguasa.

Milan Kundera

Era Sekarang Manipulasi Informasi

Penghapusan ingatan publik dalam era sekarang mungkin tidak dilakukan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan  rezim Orde Baru Soeharto. Namun, ada beberapa tantangan dan fenomena era kekinian yang dapat memengaruhi ingatan publik secara signifikan.

  1. Penyebaran informasi palsu dan disinformasi: Dalam dunia digital yang semakin terhubung, informasi palsu (hoaks) dan disinformasi dapat dengan cepat menyebar di media sosial dan platform online lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kelalaian dalam menerima fakta dan memengaruhi ingatan publik. Manipulasi informasi ini dapat dilakukan oleh individu, kelompok, atau pemerintah untuk mengubah atau menghapus memori kolektif.
  2. Sensor dan blokir informasi: Beberapa pemerintah atau lembaga berwenang memiliki kontrol yang ketat terhadap media dan internet. Mereka dapat membatasi akses ke informasi, melakukan sensor terhadap berita, dan menghapus serta mengedit konten online yang dianggap tidak diinginkan. Ini bisa mempengaruhi ingatan publik dengan menghilangkan akses terhadap narasi atau fakta yang tidak mendukung narasi pemerintah atau kekuasaan yang ada.
  3. Rekayasa sosial dan politik: Dalam beberapa kasus, ada upaya rekayasa sosial dan politik untuk mengubah sejarah atau memanipulasi ingatan publik. Misalnya, revisi sejarah atau perubahan pandangan politik pada masa lalu yang dapat menyebabkan pergeseran memori kolektif terhadap peristiwa atau tokoh tertentu.
  4. Perubahan yang cepat dalam budaya populer: Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, budaya populer dan tren sering berubah dengan cepat pula. Hal ini dapat menyebabkan berbagai versi dan interpretasi peristiwa dan kejadian di masa lalu. Ingatan publik bisa dipengaruhi oleh tren dan perilaku populer yang berubah, sehingga pengetahuan dan perhatian terhadap sejarah dan memori kolektif dapat memudar.

Dalam era sekarang, kesadaran akan potensi penghapusan ingatan publik dan kesadaran akan penyebaran informasi yang tidak akurat sangatlah penting. Edukasi, pemahaman media, dan sikap kritis terhadap informasi yang diterima dapat membantu masyarakat mempertahankan dan melindungi ingatan publik yang akurat dan bermakna.

Milan Kundera

Terbuka dan Kritis Merawat Ingatan

Dalam menghadapi upaya canggih kekuasaan menghapus ingatan publik, sikap terbuka tetapi kritis sangatlah penting. Kekuasaan di sini tidak hanya berarti pemerintah, tetapi juga kekuatan dominan apa saja meliputi kekuatan ekonomi, budaya, agama, dan lain-lain.

Berikut adalah beberapa alasan sikap terbuka tetapi kritis sangat diperlukan.

  1. Menjaga kewaspadaan: Dengan sikap terbuka tetapi kritis, individu dapat tetap sadar akan potensi manipulasi dan penghapusan informasi yang tidak akurat atau bias. Ini membantu mencegah terjadinya pemahaman yang salah atau penyebaran informasi palsu.
  2. Mempertahankan kebebasan berpikir: Sikap terbuka tetapi kritis memungkinkan individu secara independen mengkaji, menilai, dan mempertanyakan informasi yang diterima. Ini adalah salah satu cara melindungi kebebasan berpikir dan tidak terjebak dalam narasi yang dipaksakan oleh kekuasaan.
  3. Menghargai pluralisme informasi: Dengan sikap terbuka, individu tidak hanya terpaku pada satu sumber atau narasi tunggal. Mereka mengakui keberagaman perspektif dan informasi yang hadir. Dengan sikap kritis, individu dapat menguji dan mengevaluasi informasi tersebut, memastikan bahwa yang diterima adalah yang memiliki dasar fakta dan keandalan yang cukup.
  4. Mempertahankan memori kolektif: Dalam menghadapi upaya penghapusan ingatan publik, sikap terbuka tetapi kritis memungkinkan masyarakat tetap mengakui dan menghormati sejarah, budaya, dan pengalaman kolektifnya. Ini membantu mencegah manipulasi atau revisi sejarah yang bertujuan mengubah atau menghapus memori kolektif yang penting.

Dalam melanggengkan sikap terbuka tetapi kritis, penting untuk mengembangkan kemampuan pemilahan informasi, penilaian mandiri, dan kepekaan terhadap upaya penghapusan informasi atau manipulasi. Masyarakat juga perlu membangun budaya dialog yang inklusif, tempat berbagai gagasan dan perspektif dapat dikemukakan dan didiskusikan secara terbuka dalam semangat peningkatan pemahaman kolektif.

 

EDITOR: Redaksi Krebadia.com