Berkeliling Flores Mewartakan Pemulihan Penyandang Disabilitas Psikososial yang Terpasung

Ditulis oleh Markus Makur, koordinator Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur

Avatar of Redaksi Krebadia
terpasung disabilitas Ketua KKI NTT Pater Avent Saur SVD memangkas rambut pasien ODGJ yang masih terpasung di Kabupaten Sikka. (Markus Makur) pasungan
Ketua KKI NTT Pater Avent Saur SVD memangkas rambut pasien ODGJ yang masih terpasung di Kabupaten Sikka. (Markus Makur)

Tak terhitung jumlah kampung yang relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) kunjungi untuk mencari orang hilang (baca: ODGJ) di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Di sudut kampung mana pun di Pulau Flores, ketika kami mendengar informasi dari masyarakat bahwa ada sahabat KKI yang menderita gangguan jiwa terpasung, di sana kami hadir. Di sana kami sapa. Di sana kami bersahabat.

Kami menyebut penyandang disabilitas psikososial sebagai sahabat, bukan orang hilang, bukan juga kaum terbuang. Bukan juga kaum terpasung. Kami menyebut mereka sahabat dalam perjalanan menuju keabadian.

Berziarah bersama sahabat penyandang disabilitas psikososial sungguh membahagiakan. Bahwa pada hakikatnya manusia pasti menderita dalam kerapuhan manusiawinya.

Berjalan bersama kaum terpasung sungguh merupakan jalan yang penuh tantangan, sambil mempertanyakan mengapa seorang manusia bisa sakit jiwa yang melumpuhkan segala aktivitas normalnya. Ada semacam ‘kematian’ sementara dalam embusan napas dari seorang manusia.

Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) sangat sulit menata dirinya, tidak bisa mandi, jalan-jalan. Bicaranya banyak. Mengamuk. Marah-marah, bahkan mengancam nyawa orang lain dan dirinya sendiri.

Bahkan orang lain pun tidak bisa memandikan mereka tatkala mereka sedang sakit jiwa, karena mereka tak mau disentuh.

Mereka hidup menurut sakit yang mereka derita. Bahkan mereka merasa diri tidak sakit.

Ini rahasia kerapuhan manusia. Tapi, di balik itu mereka memiliki martabat dan hak-hak asasi manusia untuk dilindungi, diobati. Mereka berhak dimanusiakan setara dengan manusia lain.

Saya pernah bertanya kepada seorang profesor dokter jiwa yang sedang berkeliling Pulau Flores dua pekan lalu. Dari mana sumber penyakit jiwa. Sang Profesor menjawab: “Kalau saya bisa menemukan asal sumber penyakit jiwa, maka saya bisa meraih Nobel.”

Siapa pun manusia di bumi ini belum mengetahui asal usul penyakit jiwa yang menimpa makhluk berakal budi. Sebab, penyakit ini sangat berbeda dengan penyakit dalam tubuh manusia.  Misalnya, seorang manusia menderita sakit jantung, maka orang lain masih bisa memandikan si  penderita sakit jantung. Orang sakit diabetes masih bisa mengurus diri sendiri.

Meski demikian, di balik seorang manusia yang menderita sakit jiwa, ada manusia lain yang normal, peka, peduli, dan melayani dengan hati, yang memperjuangkan pemulihan mereka yang dianggap tak berguna dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.

Seandainya kita yang dikatakan sehat tidak merawat, mendampingi, mengobati mereka maka kita yang sehat akan masuk dalam lingkaran dosa. Dosa sosial. Sebab, kita tidak menghadirkan diri kita bagi mereka yang menderita sakit.

Sudah sekian akut para penderita sakit jiwa di Pulau Flores yang belum ditangani secara merata dari sisi pembangunan politik kesehatan. Ada ketidakadilan pembangunan politik kesehatan di Pulau Flores yang dilakoni pemerintah yang sudah menerima kekuasaan dari rakyat.

Perlahan tapi pasti, pembangunan politik kesehatan yang berkeadilan akan terwujud di masa depan dengan kehadiran Relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Nusa Tenggara Timur, yang melayani dengan sukarela, menjadi relawan sosial, rela hati untuk melayani mereka yang disisihkan, dibuang, dianggap mati, dipinggirkan oleh keluarga, lingkungan sosial, dan negara.

Mereka bekerja atas dasar kerelaan, tanpa dapat upah, selain upah kebaikan bersama. Kebaikan publik. Kebaikan inilah yang tersebar di kampung-kampung di seluruh Pulau Flores.

Sederhana saja pemahaman kami. Siapa saja yang berbicara dan mengampanyekan kesehatan jiwa, orang itu adalah relawan.

Pasien ODGJ di Kabupaten Ngada masih dipasung di balok panjang. (Markus Makur) disabilitas
Pasien ODGJ di Kabupaten Ngada masih dipasung di balok panjang. (Markus Makur)

8 Tahun KKI Terlibat dan Berbuat Nyata Bagi Disabilitas

Pulih jiwa, bahasa yang penuh kasih sayang kepada penderita sakit jiwa.

Relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa didirikan oleh Pater Avent Saur SVD di Kota Ende, Kota Pancasila,bersama kelompok relawan yang memiliki satu hati, satu jiwa, satu pikiran untuk berjalan bersama kaum terpasung, gelandangan, serta kaum yang dikurung di pondok karena derita sakit jiwa.

Imam Katolik dari kongregasi Serikat Sabda Allah ini melayani penderita disabilitas psikososial dari telapak kaki. Memangkas rambut, memandikan mereka, serta menyuarakan keadilan pembangunan kesehatan yang setara dengan penyakit lainnya.

Dari Manggarai Barat sampai Pulau Lembata, bahkan di Pulau Timor, ia sudah melayani dengan menyapa dan mencari kaum terpasung di pondok pasung dan memberikan makanan bagi gelandangan psikososial. Panggilan imamatnya mengambil peran ini.

Pater Avent Saur mengampanyekan peduli sehat jiwa melalui literasi humanis, menulis buku, aktif di media sosial Facebook, Youtube, menulis berita untuk memberikan kesadaran publik bahwa rakyat Indonesia di Pulau Flores menderita sakit jiwa dan dipasung.

Jejak kaki dan pelayanannya tak terhitung jumlahnya di Pulau Flores. Kalau dicatat dalam salah satu buku khusus maka isinya penuh dengan catatan pilu. Memasung penderita sakit jiwa sangat merendahkan martabat manusia.

Pasien ODGJ di Manggarai Timur yang masih dipasung. (Markus Makur) terpasung
Pasien ODGJ di Manggarai Timur yang masih dipasung. (Markus Makur)

Oktober, Bulan Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Di bawah ini catatan perjalanan sahabat KKI mengelilingi Pulau Flores untuk memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2023

Pertama, Sabtu 30 September 2023, Ketua KKI NTT Pater Avent Saur SVD didampingi Koordinator KKI Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur Markus Makur berkunjung ke pasien bebas pasung dan pulih jiwa di kampung Waegerek-Lidi, Desa Lidi, Kecamatan Ranamese.

Saat tiba di kampung itu, kami disambut Kepala Puskesmas Lalang, Yeremias. Kami sama-sama berkunjung. Tak lupa, kebiasaan kami menginformasikannya kepada relawan setempat.

Awalnya kami berangkat dari kompleks Golo Lada, Kelurahan Ranaloba, dengan menempuh perjalanan Golo Lada–Waereca, jalan Trans-Flores, dengan melintasi jembatan Waelaku hingga belok kiri di pertigaan Sok dengan melanjutkan perjalanan ke arah barat dengan menyeberangi jembatan crossway Waemusur yang sudah dibangun oleh TNI Angkatan Darat dalam program TNI Masuk Desa. Kemudian meneruskan perjalanan dengan jalan lurus melintasi sungai kecil yang belum dibangun crossway hingga kami tiba di rumah pasien.

Hal yang membahagiakan dan menakjubkan kami bahwa pasien yang dipasung 10 tahun lebih dan sempat dikunjungi Pater Avent beberapa tahun lalu dengan menggunting kuku kaki serta membersihkan telapak kakinya, kini pulih dan bebas dari pasungan. Bahkan, kini keluarga ini memiliki bayi berusia delapan bulan.

Pasien ini dalam keadaan pulih jiwa dalam waktu satu tahun lebih, dan kini mereka penuh bahagia dengan kehadiran bayi laki-laki. Syukur kepada Tuhan.

Selanjutnya, kami berkunjung ke kampung Mbelar, Desa Satarlahing, dengan menyapa dua pasien di kampung tersebut.

Satu pasien laki-laki dan sudah berkeluarga dipasung di pondok di depan rumah mereka.

Satu lagi pasien perempuan yang dikurung dalam pondok sempit, pengap, kotor, dan rambutnya tak terurus.

Pasien ini dikurung di pondok berbahan bambu di belakang dapur keluarganya. Yang merawat pasien ini adalah iparnya. Kalau dibuat dalam bentuk huruf, perjalanan kami hari itu seperti huruf Y. Jalan raya di dua desa ini belum semuanya memadai.

Sehari sebelumnya, Wakil Bupati Manggarai Timur Siprianus Habur menjumpai Pater Avent Saur di rumah Bapak Bene Tas untuk membahas kepedulian dan tindakan nyata dari Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur untuk menangani ODGJ.

Selasa, 3 Oktober 2023, koordinator KKI dan satu anggota relawan KKI, Guru Krispinus Lois Gonzales, mendampingi dua psikiater asal Jerman dan Hani Kumala psikolog klinis dari Jakarta berdialog dengan Wakil Bupati Manggarai Timur Siprianus Habur di rumah dinas wakil bupati tersebut.

Banyak hal yang disampaikannya terhadap penanganan ODGJ Manggarai Timur. Malam harinya, sharing kesehatan jiwa serta menyaksikan testimoni bakat dari dua pasien pulih jiwa yang memiliki bakat menyanyi dan memainkan keyboard di LeDeu Studio milik Leonardus Santosa.

Leonardus Santosa merupakan anggota komunitas Cenggo Inung Kopi Online (CIKO) Manggarai Timur yang memiliki hati bagi sesama yang menderita gangguan jiwa. Terapi musik juga mampu memulihkan penderita disabilitas psikososial.

Rabu, 4 Oktober 2023, kami berdialog dengan kepala Puskesmas Peot, para perawat, dan dokter sebelum melanjutkan kunjungan lapangan bagi pasien pulih dan pasien terpasung di kampung Papang, Desa Ranamasak. Dua pasien pulih jiwa disapa dan satunya masih terpasung di pondok yang agak jauh dari rumah keluarganya.

Kamis, 5 Oktober 2023, kami berdialog dengan kepala Puskesmas Waelengga, perawat di Poskesdes Ronggaakoe, dilanjutkan dengan kunjungan rumah pasien terpasung dan satunya yang pulih. Perjalanan dilanjutkan ke Waelengga untuk makan siang, seterusnya ke Bajawa, ibu kota Kabupaten Ngada.

Satu lagi pasien ODGJ di Manggarai Timur yang masih dipasung. (Markus Makur)
Satu lagi pasien ODGJ di Manggarai Timur yang masih dipasung. (Markus Makur)

Misi Kemanusiaan untuk Pemulihan Jiwa

Jumat, 6 oktober 2023, kami menyapa pasien ODGJ dengan kunjungan rumah 10 pasien di Kecamatan Golewa di dua puskesmas di Kabupaten Ngada, sebelum melanjutkan perjalanan kota Ende, Kota Pancasila di Pulau Flores.

Sabtu, 7 Oktober 2023, berada di kota Ende. Saya menginap di Biara Bruder St. Konradus (BBK) Ende.

Minggu, 8 Oktober 2023, mengikuti misa hari Minggu di Kapel BBK Ende bersama umat, imam, dan bruder. Saat bangun pagi di BBK Ende, kita disambut dengan suara burung tekukur. Demikian juga sore harinya.

Siangnya, kami berkunjung di Rumah Singgah Lembaga Pelayanan Kasih “Samaria” Ende yang merawat pasien perempuan dari seluruh Kabupaten Ende.

Senin, 9 Oktober 2023, kami mengunjungi pasien pulih jiwa di Kabupaten Ende bersama anggota relawan KKI Ende, dan melanjutkan perjalanan ke Kampung Moni. Bermalam di destinasi Kampung Moni Ende. Sebelumnya kami berwisata di Kampung Tradisional Wologai. Di Kampung Moni, kami menyapa satu pasien sakit jiwa.

Selasa, 10 Oktober 2023, sambil merayakan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, kami mengunjungi dua pasien yang dikurung di rumah aman di wilayah kerja Puskesmas Paga. Berdialog dengan para medis di bagian kesehatan jiwa (keswa). Lalu melanjutkan perjalanan ke Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, dan menginap di Camilus Social Center.

Rabu, 11 Oktober 2023, kami berkunjung ke Puskesmas Waegete untuk koordinasi kegiatan focus group discussion (FGD) sekaligus melakukan evaluasi pelatihan kesehatan jiwa. Sebagian tim lainnya mengunjungi pasien di beberapa puskesmas di Maumere.

Kamis, 12 Oktober 2023, kami melakukan FGD dengan keluarga pasien dan para perawat di Puskesmas Waegete dan mengunjungi pasien terpasung di wilayah kerja Puskesmas Waegete. Sementara itu tim lainnya mengunjungi pasien di beberapa puskesmas di Kota Maumere. Dilanjutkan dengan makan bersama KKI di salah satu restoran di kota Maumere.

Jumat, 13 Oktober 2023, perjalanan pulang dari Maumare menuju Bajawa melintasi jalur Pantai Utara (Pantura) dan tiba di  Bajawa pukul 18.00 Wita.

Sabtu, 14 Oktober 2023, menempuh perjalanan Bajawa–Waelengga–Labuan Bajo. Saya berhenti di Waelengga, sementara satu psikiater dan satu psikolog klinis meneruskan perjalanan ke Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, dan tak lupa singgah untuk berdialog dengan kepala puskesmas dan perawat keswa di Puskesmas Waenakeng didampingi Koordinator KKI Manggarai Barat Kristotamus. Selanjutnya berjumpa dengan psikiater di Rumah Sakit Umum Daerah Komodo Labuan Bajo.

Perjalanan ini sangat melelahkan sekaligus membahagiakan relawan KKI. “Kami belum kalah. Salam sehat jiwa.” Begitu Ketua KKI NTT Pater Avent Saur SVD selalu berpesan. Motivasi lain yang selalu ia  sampaikan, “Kita melayani saja semampu kita, biarkanlah Tuhan yang memulihkan dan menyembuhkan mereka.”

Tak terhitung jumlah pasien yang sudah bongkar pasung dan pulih. Bahkan, KKI membiayai pasien ODGJ yang dirawat, diterapi obat di Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng, Kabupaten Manggarai.

“Yang menyedihkan, dan kami KKI meminta maaf kepada keluarga dan pasien ODGJ, karena ada yang meninggal dunia dalam keadaan terpasung,” kata Markus Makur.

Pasien ODGJ masih dipasung di Kabupaten Sikka. (Markus Makur)
Pasien ODGJ masih dipasung di Kabupaten Sikka. (Markus Makur)

Pemasungan Melanggar HAM

Tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, 10 Oktober 2023, “Sehat Jiwa Hak Asasi Semua Orang”.

Banyak manusia di dunia ini tidak memprioritaskan keswa. Bahkan ODGJ yang dipasung dengan balok, rantai besi, melanggar HAM. Keluarga dan lingkungan sosial dan negara melakukan pelanggaran HAM para penderita sakit jiwa yang dipasung.

Di Indonesia ada lembaga Komnas HAM. Sebaiknya lembaga ini berbicara keras kepada negara bahwa masyarakat yang menyandang disabilitas psikososial yang dipasung dibela haknya agar stigma pemasungan oleh keluarga dan lingkungan dibebaskan. Lembaga ini harus berani bersuara kepada negara untuk membongkar stigma pemasungan bagi penderita sakit jiwa.

Membongkar pasung dan memulihkan jiwa merupakan tanggungjawab negara, keluarga, dan lingkungan sosial.

Saya membaca sebuah buku berjudul Jiwa Sehat, Negara Kuat Masa Depan Layanan Kesehatan Jiwa di Indonesia, kumpulan artikel dari psikiater dan psikolg, terbitan Kompas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menempatkan kesehatan jiwa sebagai prioritas kesehatan masyaraka. Buku lain, ditulis Pater Avent Saur SVD dengan judul Belum Kalah, berisi kisah ODGJ dan pelayanan ODGJ yang dipasung melalui artikel di media Flores Pos. Selain itu saya juga membaca sebuah artikel berbahasa Inggris. Di sana ditulis bahwa satu dari delapan manusia di dunia ini menderita sakit jiwa.

Saya selalu bertanya, mengapa sakit jiwa berbeda dengan sakit lain? Sakit jiwa melumpuhkan segala aktivitas manusia normal. Hanya pada pasien sakit jiwa ada gangguan skizofrenia, depresi, halusinasi, waham kebesaran, gangguan cemas, ketidakmampuan mengontrol Kleinginan, gangguan makan, gangguan psikotik, gangguan mood atau afektif, gangguan disosiatif,

PTSD (gangguan stres pasca-trauma), dan beberapa jenis lainnya.

Sebagaimana saya ketahui, pelayanan penanganan pemulihan jiwa digerakkan oleh relawan KKI, dimulai pada 2014 sebelum membentuk lembaga karitatif sosial di Pulau Flores pada 2017.

Kita semua bertanggung jawab pada pemulihan ODGJ. Masih ada harapan untuk memuliakan dan memulihkan jiwa penyandang disabilitas psikososial.

Untuk menjaga kesehatan jiwa, semua pihak memiliki peran masing-masing. Kalau ada tanda-tanda mengarah kepada sakit jiwa, lebih baik secepatnya berobat ke tempat layanan kesehatan seperti puskesmas, pustu, dan poskesdes di kampung masing-masing.

Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Semua orang memiliki hak yang sama untuk berjiwa sehat. Semua kita akan kena sakit jiwa suatu saat dalam kehidupan kerapuhan manusiawi. Salah satu kunci pemulihan jiwa adalah berobat ke dokter dan minum obat yang sudah diresep dokter.

 

Baca juga artikel lain terkait PSIKOLOGI & KESEHATAN JIWA atau berbagai artikel menarik Krebadia lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com