Seluk-beluk dan Liku-liuknya Pesta Sambut Baru di Ruteng

Mengapa buat pesta? Berapa biayanya? Berapa uang jabat tangannya? Sopi, mana sopi. Siapa saja yang cuan?

Avatar of Etgal Putra
pesta sambut baru gereja paroki kumba
Gereja Paroki Santu Mikhael Kumba, Jalan Ranaka, Ruteng, Kabupaten Manggarai, tempat berlangsungnya ekaristi komuni pertama (sambut baru) bagi 155 anak dari SDI Tenda, SDK Kumba II, dan SDLB Tenda pada Jumat 25 Agustus 2023. Gambar diambil pada Jumat 1 September 2023 pagi. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Ditulis oleh Etgal Putra

Krebadia.com — Jumat 25 Agustus 2023. Pagi itu baru pukul 10.00 Wita. Matahari bersinar maksimal, panasnya sangat menyengat. Angin kering berembus membawa butiran debu penyebab batuk.

Kompak keluar dari gerbang selatan Gereja Paroki Santo Mikael Kumba Ruteng ratusan rombongan kendaraan pribadi, berpencar melintasi Jalan Ranaka.

Jalan didominasi sepeda motor dan kebanyakan dari mereka berboncengan.

Pengendara motor yang berpasangan terlihat berpakaian rapi. Pria berkemeja, wanita berkebaya. Duduk terselip di tengah mereka berdua, anak berkostum serba-putih.

Paroki Santo Mikael Kumba Ruteng, paroki tua yang berdiri tahun 1962, hari itu merayakan misa sambut baru alias komuni suci pertama bagi 155 anak dari 3 sekolah dasar (SD) dalam Paroki Kumba: SDI Tenda, SDK Kumba I, dan SDLBN Tenda.

Ini adalah misa komuni suci gelombang kedua di Paroki Kumba. Gelombang pertama telah diadakan pada pekan pertama Agustus.

Sayup dari kejauhan terdengar suara musik. Suaranya lebih kencang dibanding dua tiga hari sebelumnya.

Ini dia. Sebentar lagi pesta akan dimulai.

Perayaan komuni suci, satu dari tujuh sakramen yang diterima seseorang yang memeluk agama Katolik sering dirayakan secara meriah oleh masyarakat Manggarai.

Kemeriahan perayaan sakramen ini luar biasa jika dibandingkan dengan enam perayaan sakramen lain, hanya kalah meriah dari perayaan sakramen perkawinan dan perayaan sakramen imamat alias tahbisan imam.

Lalu, apa alasan umat Katolik Manggarai merayakan komuni suci?

Berapa nominal rupiah yang dikeluarkan untuk merayakannya?

Serta siapa saja yang terlibat dan memanen rupiah karena perayaannya?

Segala informasi yang ditulis dalam liputan ini bersumber dari wawancara tatap muka pada pihak-pihak yang terlibat dan punya peran dalam terselenggaranya sebuah pesta komuni suci di Ruteng.

Karena alasan pribadi, beberapa narasumber yang dikutip dalam tulisan ini meminta identitasnya disamarkan.

Mengapa Orang Tua Mengadakan Pesta

Yustina Keraru, akrab disapa Usi. Ia bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) dan menetap di Karot Ruteng.

Usi menceritakan pengalamannya sebagai ibu dari anak perempuan yang menerima komuni suci pertama kepada Krebadia.com saat bertemu di Hombel pada Jumat 25 Agustus 2023.

Ia bercerita, pada 2021 anaknya yang kedua, seorang perempuan, menerima komuni suci saat kasus Covid 19 sedang tinggi.

“Kami sudah rencana tidak buat acara (pesta). (Jadi kami) tidak siap tenda atau undangan, karena Covid,” kata Usi.

Namun beberapa hari sebelum penerimaan komuni suci, Usi dan suami mengamati perubahan perilaku dari anak perempuannya.

Menurut Usi, anaknya terlihat sering berdiam diri di dalam kamar. Perubahan perilaku ini terjadi usai anaknya mengikuti pembinaan peserta komuni suci.

“Tidak biasanya dia begitu. Dari situ saya bilang ke suami, Bapa bagaimana sudah ini?” cerita Usi.

Setelah berdiskusi bersama suami, mereka sepakat untuk mengadakan pesta.

Mengetahui orang tuanya akan mengadakan pesta, keceriaan sang anak kembali seperti sediakala.

“Dia lihat kami pertemuan, itu mulai sudah dia semangat.”

Niat tidak ingin mengecewakan anak berujung pada persiapan yang serba-cepat dan mendadak.

“Kami huru-hara telepon kenalannya Pak (suami), untuk buat terop. Sedangkan untuk undangan, kami pakai WA (Whatsapp) saja,” cerita Usi.

“Syukur kami ada pelihara babi. Ada tabungan juga, jadi tidak apa, asal dia tidak kecewa.”

Diskusi antara teman-teman anaknya di sekolah, menurut Usi, jadi alasan anak perempuannya tiba-tiba menginginkan adanya pesta.

“Ternyata di sekolah mereka baku cerita mereka punya persiapan. Kau punya (adakan) pesta atau tidak,” kata Usi.

Diskusi antar-teman sekolah akhirnya mengubah keputusan anak. Meskipun sebelumnya sang anak sudah sepakat bersama orang tuanya untuk tidak mengadakan pesta.

pesta sambut baru
Selembar undangan yang anda terima nilainya 1.500 rupiah. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Intervensi Opa-Oma, Orang Tua Bisa Apa?

Pengalaman serupa tentang pesta dadakan diceritakan oleh Alfons yang Krebadia.com temui saat pesta komuni suci di Ruteng pada Jumat 25 Agustus 2023.

Ia bersedia membagikan cerita kepada Krebadia.com, namun karena alasan privasi ia berkeberatan nama lengkapnya disebutkan dalam liputan ini.

Peristiwa yang ia ceritakan terjadi pada 2019, saat putra sulungnya menerima sakramen komuni suci pertama di salah satu paroki di Ruteng.

“Kalau saya punya (anak) yang pertama dulu, kami bikin pesta karena opa-omanya,” kata Alfons.

Ia bercerita, sejak jauh hari sang anak sudah bersepakat dengan orang tuanya, bahwa nanti saat sang anak menerima komuni suci, tidak ada pesta.

Kesepakatan ini sudah dibuat bahkan sejak sang anak duduk di kelas 3 sekolah dasar.

Bentuk kesepakatannya, pesta komuni suci akan diganti dengan hadiah yang diinginkan sang anak.

“Dia minta beli PS (Playstation, merek sebuah konsol game), tapi mamanya tidak setuju karena nanti dia tidak belajar. Akhirnya ganti beli sepeda,” kata Alfons.

Sepeda yang dijanjikan harganya satu juta rupiah, lengkap dengan helm dan pelindung kaki.

Menggunakan aplikasi marketplace, sepeda itu dibeli kurang lebih seminggu sebelum komuni suci dan sudah dikirim dari Surabaya menggunakan ekspedisi.

Harapannya, saat momen komuni suci tiba, sepeda pengganti pesta juga telah sampai di tempat.

“Jadi, pas dia lihat temannya pesta, dia tidak sedih karena sudah ada sepeda,” kata Alfons.

Dua hari sebelum sang anak menerima komuni suci, kakek-nenek beserta belasan sanak keluarga datang dari Mbai, Kabupaten Nagekeo.

Mereka sebelumnya telah diundang untuk hadir merayakan komuni suci cucu mereka.

“Saya pakai video call, undang mereka untuk syukurannya Nana.”

Kata syukuran ini belakangan disadari oleh Alfons sebagai blunder komunikasi terbesar yang pernah ia buat.

Syukuran yang diucapkan oleh Alfons saat video call diterjemahkan sebagai perayaan pesta oleh orang tuanya.

Rombongan kakek-nenek beserta keluarga besar datang ke Ruteng menggunakan satu mobil pribadi dan menyewa satu bus umum.

Turut serta dalam rombongan, beberapa karung beras,  sayur-mayur, dua ekor babi berukuran besar, dan belasan ekor ayam kampung yang dititipkan oleh sanak keluarga yang tidak sempat hadir.

“Belum juga masuk rumah, pertanyaan saya punya bapa waktu itu, kenapa tidak ada kemah?” kata Alfons.

Sempat terjadi perdebatan kecil, yang berujung perang mulut antara sang kakek dan ia sebagai ayah dari sang anak.

Perbedaan cara pandang dan ngotot berpegang pada prinsip masing-masing memicu perdebatan kecil menjadi semakin besar.

“Yang saya tidak suka, Bapa (sang kakek) bilang ke saya, kau saja pegawai negeri yang tidak mampu bikin pesta,” kata Alfons.

Tak ingin larut dalam perdebatan, Alfons akhirnya mengalah. Komuni suci putra pertama Alfons sekaligus cucu sulung laki-laki dari sang kakek pun diputuskan dirayakan dengan mengadakan pesta.

Semua persiapan dilakukan secara mendadak. Mencetak undangan, menyewa terop, termasuk menyewa sound system dari Bajawa.

Meskipun saat itu memilih untuk mengalah, Alfons tetap berpegang pada prinsip bahwa mengadakan pesta syukuran adalah sebuah pemborosan.

Menurutnya, bentuk syukuran tidak harus berupa pesta. Ada opsi lain seperti makan siang bersama keluarga.

“Memang kalau bicara soal cucu pertama, apa lagi cucu laki-laki, bisa bikin berkelahi antara kita orang tua dengan mereka punya opa oma,” kata Alfons.

WhatsApp Image 2021 11 29 at 03.26.56
Bergoyang bersama saat pesta. Budaya Flores yang membumi. (brigadenews.co.id)

Biaya Pesta, Butuh Berapa Rupiah?

Lalu, berapa biaya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah pesta sambut baru?

“Kalau bicara sambut baru, kalau mau hemat jangan banyak menu,” kata Usi.

“Untuk belanja, siap 5 juta (rupiah) pas. Itu kalau ada babi sendiri. Kalau beli babi, bisa tembus 10 juta (rupiah).”

Nominal 5 juta rupiah dari pengalamannya sudah cukup untuk menjamu kurang lebih 300-an undangan. Itupun jika tuan pesta punya babi peliharaan sendiri.

Namun jika harus membeli seekor babi, maka menurut Usi, biayanya bisa bengkak hingga 10 juta rupiah.

Berbeda dari Usi, Alfons punya hitungan lain.

Menurutnya, biaya yang harus disiapkan oleh tuan pesta untuk menjamu ratusan undangan bisa mencapai lebih dari 10 juta rupiah.

“Meskipun kita ada babi sendiri, tetap bocor banyak untuk biaya yang lain.”

Biaya lain yang dimaksud Alfons salah satunya adalah untuk mendirikan kemah pesta.

Karena alasan praktis dan kemudahan, umumnya pemilik pesta menyewa terop bongkar pasang.

Harga sewa per kotaknya rata-rata 250 ribu rupiah per hari.

Menurut Alfons, jika memiliki keluarga besar maka sebaiknya menyewa empat kotak terop.

Dengan nilai 250 ribu rupiah dan dikalikan dua hari pemasangan, maka dibutuhkan dua juta rupiah untuk mendirikan kemah pesta.

Biaya hiburan pesta seperti sewa sound system dan jasa pemain keyboard juga masuk dalam komponen biaya pesta.

“Di Ruteng, bayar pemain keyboard start dari 500 sampai 750 ribu (rupiah),” kata Alfons.

Itu baru biaya untuk membayar jasa pemain keyboard dan belum termasuk peralatan sound yang disewakan secara terpisah.

Berdasarkan pengalamannya, dua setengah juta rupiah “lewat begitu saja” karena menyewa sound system dari luar kabupaten .

Nilai tersebut “hanya” untuk menebus biaya sewa pakai dan biaya angkut dua buah speaker sub woofer dan empat buah speaker middle.

Uang sebesar itu “terpaksa” harus dikeluarkan agar keluarga besar yang datang dari jauh tidak banyak berkomentar.

Menurut keluarga besar yang hadir, kata Alfons, kualitas sound system yang disewakan di Ruteng tidak sebagus yang ada di Bajawa.

“Saya bayar tiga juta lebih hanya untuk putar lagu ja’i dan bayar pemain keyboard,” kata Alfons.

Salah satu komponen biaya lain yang disebutkan Alfons adalah biaya untuk menyediakan sopi atau minuman keras.

“Untuk sopi saja, waktu itu saya anggarkan satu juta lebih. Itu belum termasuk untuk beli bir,” kata Alfons.

Sopi, Sajian Wajib dalam Pesta

Sopi atau arak tidak bisa dilepas dari pesta apa pun di Manggarai. Minuman ini populer sebagai teman sajian daging dalam setiap tenda pesta.

Untuk memperoleh informasi tentang peredaran sopi selama bulan Juni hingga Oktober, periode banyak pesta diselenggarakan di Manggarai, Krebadia.com melacak beberapa penjual sopi yang direkomendasikan oleh beberapa rekan.

Beberapa dari mereka menolak untuk memberikan informasi dengan alasan keamanan. Hanya satu yang bersedia, namun meminta agar identitas dan lokasi tempat ia berjualan tidak disebutkan.

“Tapi jangan sebut nama e. Tau saja to Nana,” katanya.

Ketakutannya untuk memberikan identitas bisa dipahami. Dalam pemberitaan media, Polres Manggarai telah menggelar operasi yang menyasar pengedar sopi di wilayah Manggarai.

Meskipun minuman beralkohol ini telah diatur melalui Peraturan Gubernur NTT Nomor 44 Tahun 2019 tentang Pemurnian dan Tata Kelola Minuman Tradisional Beralkohol Khas NTT, sopi atau moke yang beredar di Manggarai masih melanggar beberapa poin yang tertuang dalam pergub tersebut.

Salah satu poin yang dilanggar adalah ini: minuman tradisional beralkohol yang diproduksi oleh masyarakat harus dijual kepada orang/badan hukum/lembaga berbadan hukum yang melakukan destilasi atau penyulingan untuk dilakukan pemurnian dan standarisasi.

Memiliki badan hukum untuk menjual sopi, adalah poin yang jelas tidak ia miliki.

Ditanyai soal izin mengedarkan sopi, si penjual yang sebut saja dengan nama Om Bos itu mengatakan tidak mengantongi izin.

Soal permintaan akan sopi, Om Bos mengatakan bahwa memang penjualan sopi meningkat selama masa pesta.

Selama periode Juni hingga Oktober, rata-rata ia mampu menjual hingga 30 botol per hari.

Harga jual per botol 30 ribu rupiah. Jika sehari ia mampu menjual hingga 30 botol, maka pemasukan dari sopi 900 ribu rupiah per hari.

“Setiap botol rata-rata saya ambil untung 5.000 (rupiah).”

Dengan keuntungan 5.000 rupiah per botol dan dikali 30 botol sehari, maka dalam sebulan keuntungan bersih Om Bos kurang lebih sebesar 4,5 juta rupiah. Jumlah ini kurang lebih setara dengan gaji ASN golongan IV.

Namun, ia tidak melihat ada kenaikan yang signifikan karena pesta komuni suci.

Menurutnya, untuk pesta yang dipersiapkan jauh hari seperti komuni suci, pertunangan, atau pernikahan, pemilik pesta lebih memilih membeli langsung dari sumbernya.

“Rugi kalau bikin pesta terus beli botol,” katanya.

WhatsApp Image 2023 08 31 at 13.52.03
Sebelum pandemi Covid19, omzet penjualan busana di Duta Mode tembus 30 sampai 40 juta per hari. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Pesta Sambut Baru, Siapa yang Cuan?

“Kalau dulu sebelum Covid, omzetnya per hari bisa tembus 30 sampai 40 jutaan (rupiah),” kata Nirwal pemilik Toko Duta Mode.

Nirwal adalah pengusaha asal Pekanbaru. Ia sudah delapan tahun menjalankan bisnis busana di Ruteng.

Pelanggannya tersebar luas. Bahkan ada yang datang dari luar kota Ruteng.

“Dari Labuan (Bajo) ada, Borong dan Bajawa juga ada,” katanya.

Untuk momen sambut baru, permintaan akan busana baru tidak sebatas untuk anak yang menerima komuni suci saja. Orang tua sang anak juga turut berbelanja pakaian baru.

“Ada yang cari baju couple, ada yang tidak,” kata Nirwal.

Vivi, owner Glow Studio, toko yang menyediakan layanan cetak baner dan undangan mengatakan bahwa tren menggunakan baner sudah populer sejak beberapa tahun terakhir.

Dikatakan, tren ini bahkan sudah melebar keluar dari  kota Ruteng, meskipun tidak banyak.

“Kalau sudah di luar Langke Rembong (jumlah pesanan) sedikit. Kita kalau di Langke Rembong itu (jumlah pesanan) biasanya naik,” kata Vivi.

Soal harga, tergantung ukuran. Ukuran 1 kali 1,5 meter menurut Vivi adalah ukuran yang umum dipesan. Harganya mulai 75-ribuan rupiah.

“Kalau mau yang lebih besar, kita sediakan juga.”

Selain baner, mencetak undangan juga menjadi layanan yang disediakan Glow Studio. Menurut Vivi, orderan baner biasanya sepaket dengan undangan.

“Paling sedikit 50-an, kalau paling banyak itu pernah 1.000. Tapi jarang. Tapi rata-rata kalau banyak itu 500-an,” katanya.

Harganya juga variatif, tergantung dari jenis finishing. Polos atau dibungkus plastik. Harga standarnya 1.500 rupiah per lembar.

Ditanya soal pesanan apa yang paling menguntungkan, Vivi menjawab baner. Alasannya sederhana.  Dibanding dengan pesanan undangan, pesanan baner tidak membutuhkan banyak tenaga dan sumber daya lain.

“Kalau undangan kan harus kita edit, kita print, kita potong. Kan jadinya lama,” kata Vivi.

pesta sambut baru krebadia
Vivi, owner Glow Studio: Setiap tahun rata-rata kami mencetak 100-120 baner dekorasi komuni suci. (Etgal Putra/Krebadia.com)

Diundang Berpesta, Butuh Duit Berapa?

Ada pihak yang menjadi tuan pesta, maka ada pula pihak yang diundang untuk menghadiri pesta.

Dalam kebiasan berpesta di Ruteng, sebuah amplop berisi sejumlah uang lazim diberikan tamu undangan kepada tuan pesta sebagai pengganti kado.

Pengumpulan informasi dilakukan Krebadia.com melalui wawancara kepada narasumber yang bersedia berbagi informasi dan pendapat tentang pesta sambut baru.

Anita Maria Dahur, umat Paroki Kumba, saat ini menjabat kepala SDI Tenda, yang diwawancarai di Pastoran Paroki Kumba menilai bahwa telah terjadi penurunan jumlah pesta yang diselenggarakan oleh orang tua wali di sekolahnya.

Ia melihat penurunan ini didominasi oleh faktor ekonomi. Penurunan jumlah pesta dilihat dari jumlah undangan yang ia terima dari orang tua murid.

“Saya tanya mereka di kelas siapa yang bikin pesta, kali ini hanya segelintir yang angkat tangan,” kata Ani.

Ani mengatakan, tahun ini undangan yang ia terima hanya 20-an undangan. Jumlah ini menurun dibanding tahun lalu, ketika Ia dan suami menerima lebih dari 35 undangan pesta sambut baru.

Sebagai kepala sekolah, Ani mengatakan bahwa ia tidak melarang orang tua muridnya mengadakan pesta. Namun ia selalu berpesan agar penyelenggaraan pesta sebaiknya tidak sampai menjadi beban di kemudian hari.

Ditanya berapa undangan yang akan ia hadiri, Ani menjawab, sebagai pemimpin ia selalu berusaha untuk menghadiri semua undangan yang ia terima.

Menghadiri puluhan pesta dalam sehari tentu jadi pekerjaan yang berat, maka Ani dan suami menggunakan strategi berbagi rute. Menghadiri pesta secara terpisah.

Soal amplop kado, total rupiah yang dikeluarkan oleh Ani dan suami rata-rata mencapai 500 ribu rupiah.

Ada kesepakatan antara ia dan suami soal jumlah rupiah yang disisipkan di dalam amplop. Jumlah rupiah yang disisipkan, nominalnya berbeda tergantung penilaian terhadap kondisi ekonomi keluarga penyelenggara pesta.

“Yang kurang mampu biasanya (amplop) kami isi 50 ribu (rupiah). Kalau yang mampu 10 ribu (rupiah),” kata Ani.

Ada kebiasaan lain yang dilakukan Ani dan suaminya. Sehari sebelum perayaan pesta, ia akan berkeliling mengunjungi kenalan yang tidak mengadakan pesta.

Ba seng manuk kukut wuwung,” kata Ani. Antar uang (pengganti ayam) sebagai bentuk dukungan.

Tujuannya, agar sang anak yang komuni sucinya tidak dirayakan dengan pesta tidak berkecil hati.

Hitu kukut wuwung dami cua (Itulah bentuk dukungan kami berdua). Supaya jiwanya berpesta,” kata Ani.

Vian Budiarto, pegiat Teater Saja, mengatakan bahwa sebagai bagian dari masyarakat, sebisa mungkin ia menghadiri undangan pesta sambut baru yang ia terima.

Soal nominal rupiah dalam amplop, ia mengatakan memang ada perbedaan. Nominal rupiah yang disisipkan bervariasi mulai dari 10 ribu hingga 50 ribu rupiah per amplop.

“Minimal 10 ribu (rupiah), kalau merasa dekat 20 (ribu rupiah), kalau keluarga dekat itu baru 50 (ribu rupiah),” kata Vian.

Perbedaan nominal yang ia berikan juga didasari pada jenis acara atau pesta yang ia hadiri.

Untuk acara atau pesta  yang sifatnya syukuran seperti sambut baru, nominal yang diselipkan dalam amplop biasanya lebih kecil dibanding acara penggalangan dana seperti kumpul kope (kumpul dana dalam rangka pembayaran belis).

“Karena ini syukuran, berbeda dengan acara lain seperti kumpul kope. Terlalu kalau kita diundang (kumpul kope) dan kasih di bawah 50 (ribu rupiah),” kata Vian.

Nirwal, pemilik toko Duta Mode mengatakan bahwa Ia dan keluarga setiap tahunnya rata-rata menerima 10 hingga 20 undangan pesta sambut baru.

Ia mengatakan tidak membuat skala prioritas, dan sebisa mungkin menghadiri semua undangan yang ia terima.

“Apalagi kalau (yang mengundang) kita punya langganan, bagaimana mau nolak,” kata Nirwal.

Untuk nominal yang diselipkan dalam amplop, ia berkeberatan menyebutkan nominalnya karena alasan privasi.

Bicara soal jumlah undangan yang diterima, mungkin belum ada yang bisa mengalahkan Vivi, pemilik Glow Studio.

“Wah kalau mau ngurutin, (jumlah undangan) banyak. Karena mereka buat (undangan di Glow Studio), mereka langsung taruh,” kata Vivi.

Undangan pesta sambut baru yang diterima Vivi, mengacu pada orderan baner dan surat undangan yang ia cetak. Tak mengherankan, jumlah undangan pestanya lebih dari 100 lembar. Fantastis. Jumlah ini bahkan tidak mampu disaingi oleh pejabat nomor satu seperti bupati.

Menghadiri 100 undangan bagi Vivi adalah hal yang mustahil, maka untuk tahun ini ia mengatakan hanya menghadiri 20-an undangan.

Saat ditanya soal nominal yang diselipkan dalam amplop, Vivi mengatakan jumlahnya tergantung dari kedekatannya dengan pengundang.

“Makin dekat, biasanya (nominal yang diselipkan) makin besar,” kata Vivi.

Pukul 14.00 Wita. Matahari makin tinggi. Siang makin terik. Dari sebuah kemah pesta di wilayah Tenda Ruteng, terdengar seorang pria menyanyikan lagu “I Can’t Stop Loving You“. Suaranya parau dan temponya kacau.

Beberapa kali terdengar pemain keyboard berusaha mengganti chord, menyesuaikan iringan musik dengan nada penyanyi yang terus turun.

Mungkin dia terlalu banyak menenggak sopi.

 

EDITOR: Redaksi Krebadia.com