Surat di Daun-Daun Kering

Suara rintih korban penculikan dari alam baka

Avatar of Gerard Bibang
WhatsApp Image 2023 08 29 at 08.05.26

Kepada saudari-saudaraku di bumi dan kepada saudaraku Budiman, yang memendam rahasia bertahun-tahun lamanya; yang menyimpan rasa sakit dan merumuskan perih jiwa dalam kebisuan yang panjang; yang terus tertindih dan terus tidak menangis, yang melayani derita dengan bercanda dan tertawa; yang ketipu dari buku-buku sejarah; yang membaca untaian kalimat demi kalimat di daun-daun kering tapi gagal paham hingga detik ini; yang karena bernapsu berkuasa, fakta diculik dengan keji di masa lalu, engkau anggap itu semua ilusi dan alibi

Saudari-saudaraku di bumi dan saudaraku Budiman; tertulis di daun-daun kering itu bahwa sejarah dalam sejarah, sejarah di atas sejarah, sejarah di balik sejarah, selalu akan menyempurnakan dirinya dengan siang dan malam, dengan gelap dan terang, tanpa pernah selesai; bahwa sejarah yang tak terdapat dalam sejarah akan menampakkan diri; bahwa sejarah yang mengelabui sejarah akan diuji kembali; bahwa zaman akan berganti, geger akan terjadi; bahwa sejarah yang tersembunyi senantiasa menjadi saksi yang abadi; bahwa seorang pembunuh dan penculik tetaplah penculik, itulah sejarah yang selalu menemukan jalan untuk menyatakan dirinya sendiri

Tertulis di situ bahwa bumi Nusantara bakal meningkatkan isyarat-isyaratnya dengan menumbuhkan pohon-pohon dan teriakan-teriakan liar serta kembang rahasia; bahwa para petarung menjadikan ongkos kerja mereka dengan kaki-kaki raksasa saling jegal-menjegal, dengan pidato yang bergemetar, dengan banyak surban dan jubah robek-robek, sementara baju-baju resmi dicopot kancingnya, dengan bunglon-bunglon mengubah warna kulitnya, dengan para penjilat memutar lidahnya, dengan para pengkhianat, pembunuh dan penculik yang berlomba-lomba main drama

Surat di daun-daun kering itu penuh dengan kata-kata sakit dan terluka, tidak manis atau indah, hanya sakit, kecewa dan merah padam, di tengah seribu hasrat berkuasa dari calon pemimpin yang membius pikiran sehat; yang merayu-rayu batin agar bersama-sama mengelu-elukan perampok-perampok masa depan

Surat itu adalah cinta yang patah arang, yang kalimat-kalimatnya menyelinap di tengah palu-palu, rambu-rambu, peluru dan senapan yang berkeliaran; di tengah para maling dan pembunuh yang menguasai panggung; di tengah suara rakyat yang tersengal-sengal bertahan dari marah, dendam dan ketakutan terhadap segala kata-kata halus dan pidato-pidato siluman; terhadap mereka-mereka yang melupakan sejarah siapa orang ini sebenar-benarnya, yang berteriak: aku-lah paling layak berkuasa!

Ayo saudari-saudaraku di bumi, ayo saudaraku Budiman yang mulut terbungkam dan jiwanya memekikkan sepi, yang nuraninya dijaga dari mati suri; ayo, darah yang mengucur dari relung terdalam batinmu, yang tampung di dalam tabung waktu; pahatkan di keningmu keyakinan bahwa Tuhan tidak main-main tatkala IA menganugerahkan kepadamu hak atas negeri ini; mulutmu yang sepi dan tanganmu yang terkunci bakal mengetuki pintu-NYA; kesetiaanmu pada kebenaran dan laku hidupmu yang akan menentukan kapan IA mengucapkan satu kata yang mampu menggetarkan alam semesta; di mana tabung waktu menumpahkan darahmu, menjelmakannya menjadi sejuta lilin yang menyinari seluruh negeri; untuk segera tahu, siapa orang ini yang mengaku sangat layak jadi pemimpin; yang apa yang diperbuatnya di masa lalu, disembunyikannya dalam sunyi; bahwa pembunuhan dan penculikan dianggapnya bukan barang bukti

Saudari-saudaraku di bumi dan saudaraku Budiman, surat di daun-daun kering itu adalah narasi; ia bukanlah kembang kata-kata, bukanlah hukum-hukum kesenian; ia adalah bau anyir keringat berjuta rakyat yang haus akan kebenaran; ia adalah kehidupan yang alot dan berat; ia adalah pikiran dan tenaga yang sekarat; ia adalah darah luka yang muncrat; ia sama sekali bukan sejenis pakaian sore atau pakaian pesta yang terpampang di kaca etalase, hasil desainer-desainer kebudayaan

Setidaknya surat ini bisa mengajarimu berkata TIDAK kepada penculik dan pembunuh itu, yang rajin beziarah ke mana-mana agar mendapat restu menjadi penguasa di seantero Nusantara; agar dengan mata bening kamu menghadapi semua perampokan dan penindasan;  agar pagi harimu yang membisu, siangmu yang membisu, sore malammu yang membisu akan menjelma kesabaran dan ketahanan; yang mengingatkanku pada senyum rahasia para nabi; yang lewat kesunyian mulutmu akhirnya kutahu bahwa kebisuan adalah ucapan yang paling nyata bahwa diammu adalah kata-kata yang tertinggi; bahwa sepi mengandung suara paling keras, yang menyembunyikan kekuatan tak terkira; yang menilai para calon pemimpin berdasarkan pada apa yang ia lakukan, berdasarkan pada di mana ia berada dan ke mana ia pergi; yang kalau ia mampir ke kandang kambing, meskipun itu karena ada kambing yang sedang masuk angin dibutuh dipijat, tidak lantas mengatakan ia adalah kambing

(gnb:tmn aries:jkt:minggu:20.8.23)

EDITOR: Redaksi Krebadia.com


gerard bibang, wajah, daun-daun keringGerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, dosen, dan penyair, mantan jurnalis-penyiar radio Deutsche Welle Jerman dan Radio Nederland Wereldomroep Belanda.