Tidak Ada yang Perlu Memecahkan Rekor Gila Poon Lim

Terapung terombang-ambing di Samudera Atlantik selama 133 hari di atas rakit kecil, Poon Lim akhirnya terdampar di Brasil dan selamat. Bagaimana bisa pria Tiongkok ini bertahan hidup?

Avatar of Redaksi Krebadia
WhatsApp Image 2023 08 04 at 16.17.28

Krebadia.com — Sejak kecil, Poon Lim selalu mencintai laut. Yang tidak pernah ia bayangkan, nasibnya akan berubah justru karena lautan.

Poon Lim lahir pada 8 Maret 1918 di Hainan, Tiongkok. Poon Lim bisa bersekolah berkat uang yang dikirim saudara-saudaranya setiap bulan. Saudara-saudaranya bekerja di pabrik.

Bisa bersekolah merupakan hal luar biasa untuk Poon Lim. Sebab, pada kebanyakan kelurga dengan kondisi keuangan seperti keluarga mereka, menyekolahkan anak lelaki seusia Poon Lim merupakan hal yang jarang terjadi.

Pada usia 19 tahun, Poon Lim ingin bergabung dengan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok sebagai pelaut. Tetapi setelah dihina dan diperlakukan seperti sampah, Poon Lim memutuskan tidak akan pernah lagi naik kapal tentara itu. Ia banting setir memilih karier sebagai insinyur.

Selama Perang Sino-Jepang Kedua pada 1941, tentara Jepang terus begerak maju ke Tiongkok dan invasi militernya seakan tak terbendung. Ayah Poon Lim sangat takut putranya akan dipanggil untuk berdinas membela negeri dan mungkin saja bisa mati konyol di medan perang.

Karena ketakutan itulah ayah Lim memohon agar Poon Lim bekerja di kapal Inggris saja. Ia berpikir di kapal Inggris Poon Lim akan lebih aman.

Kebetulan pada saat itu, Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya kekurangan pelaut akibat serangan torpedo dari Jerman. Mereka melancarkan kampanye untuk merekrut pemuda dari bangsa lain.

Meski sebenarnya enggan bergabung ke kapal Inggris, Poon Lim akhirnya menghargai keinginan ayahnya. Jadilah ia pelaut pada kapal Inggris.

Poon Lim

Kapal Poon Lim Diterpedo Jerman

 Pada pertengahan 1942, Poon Lim bertugas sebagai komisaris kedua di kapal kargo Inggris SS Ben Lomond, yang berangkat dari Cape Town pada 10 November melintasi Samudra Atlantik menuju Suriname.

Kapal Ben Lomond dikenal sebagai kapal “tunggangan”, karena tidak memiliki jadwal tetap. Kapal ini juga sering berlayar sendirian, berbeda dengan kapal-kapal kargo lainnya yang selalu berlayar dalam konvoi.

Pada 23 November 1942, kapal ini menyimpang dari rute aslinya akibat kondisi cuaca yang tidak terduga. Kapal ini penuh dengan senjata dan berjalan lambat. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa hal ini membuat kapal ini menarik perhatian tentara Jerman yang berada di dalam kapal selam U boot-172.

Sekitar pukul 11.30 siang hari itu, kapal selam Nazi menyerang SS Ben Lomond dengan dua torpedo. Kurang dari dua menit, kapal ini tenggelam dan menewaskan 56 orang, termasuk 24 orang Inggris dan 22 orang Tiongkok.

Sebelum mesin uap kapal meledak, Poon Lim berhasil mendapat jaket pelampung dan melompat ke air. Sebagai perenang yang buruk, apa saja coba dia raih. Mengambil jaket pelampung itu merupakan ide terbaiknya di tengah ancaman kematian di depan mata.

Poon Lim yang tengah berusaha menyelamatkan diri itu terlihat oleh tentara Nazi, terutana ketika ia sedang berjuang menjauh dari kapal yang tenggelam. Bisa saja ia dibunuh, tapi tentara Nazi yakin Poon Lim tidak mungkin memiliki harapan hidup. Dia akan mati dengan sendirinya.

Dengan demikian, di pagi naas itu, Poon Lim satu-satunya yang selamat.

Poon Lim

Poon Lim Hampir Mati Kelaparan

Setelah dibiarkan oleh tentara Nazi, Poon Lim terapung di tengah lautan selama sekitar dua jam sebelum akhirnya menemukan sebuah rakit kayu berukuran 2,5 meter persegi.

Dengan atap sebagian yang terbuat dari kain kanvas, rakit tersebut dilengkapi dengan beberapa kaleng biskuit, dua penunjuk arah, sak gula, senter, selembar kain kanvas, seutas tali, dan cangkir berisi air tawar.

Selama satu minggu pertama, Poon Lim bertahan berkat persediaan yang ada. Dia menggunakan kain kanvas untuk melengkapi atap rakitnya karena ia sudah mulai kelelahan oleh sengatan matahari. Kain kanvas itu ia gunakan juga untuk menampung air hujan sebelum dimasukkan ke dalam cangkir.

Dalam dua minggu, Poon Lim sudah hampir mati kelaparan. Tidak ada makanan sama sekali. Habis tandas.

Poon Lim tidak hilang akal. Ia memutuskan menggunakan pegas senter, tali, dan paku yang ia lepaskan dari salah satu papan rakit untuk membuat alat pancing ikan.

Poon Lim  bertahan hidup dengan ikan yang ditangkapnya, meskipun hanya bisa mendapat satu atau dua ikan per hari. Setelah ditangkap, ikan tersebut ia buka dengan pisau yang ia buat dari logam kaleng biskuit. Ikan  dia keringkan di jemuran rakit.

Dengan matahari yang menyengat, sedikit makanan, dan tanpa minum air selama lebih dari tiga hari, Poon Lim berpikir ia akan mati. Beberapa kali ia pingsan dan terbangun beberapa jam kemudian dalam keadaan yang semakin lemah.

Yang Poon Lim takutkan adalah terjatuh ke laut dan tenggelam, atau lebih buruk lagi, kehilangan rakit. Maka, ia segera mengikatkan satu ujung tali ke pergelangan tangannya dan ujung lainnya ke rakit.

Poon Lim

Cara Poon Lim Bertahan Hidup

Ketika seekor burung camar mendarat di kain kanvas, Poon Lim segera menangkapnya lalu memotong kepala burung tersebut agar bisa meminum darahnya.

Kemudian barulah Poo Lim menyadari bahwa burung-burung itu sebenarnya tertarik pada ikan yang sedang ia keringkan. Nah, ia melihat ini sebagai peluang untuk memuaskan dahaga di hari-hari berikutnya.

Hal lain yang tak ia sangka, ternyata  bangkai burung yang telah ia penggal kepalanya itu menarik berbagai hiu. Ini peluang. Alih-alih menghindar, Poon Lim mulai memburu hiu-hiu tersebut.

Dengan menggunakan bangkai burung sebagai umpan dan kail yang tajam, Poo Lim pun bertarung dengan salah satu hiu hingga berhasil membunuhnya. Ia menariknya ke atas rakit, membuka perutnya, dan mengisap darahnya sampai dahaganya hilang.

Setelah berhari-hari tanpa air, darah segar hiulah yang memuaskan dahaga. Poon Lim memotong sirip hiu dan mengeringkannya di bawah sinar matahari untuk dimakan.

Poon Lim

Poon Lim Andalkan Diri Sendiri

Poon Lim sempat berpikir ia akan segera diselamatkan oleh pihak Inggris yang, menurutnya, pasti segera akan menyadari kapal SS Ben Lomond pasti tenggelam karena belum kunjung sampai di tempat tujuan.

Satu bulan lewat, tanda-tanda akan adanya bala bantuan tidak ada sama sekali. Sejak itulah Poon Lim kehilangan harapan akan diselamatkan. Dia sendirilah yang harus menyelamatkan diri.

Memang pernah ada kapal kargo dan sebuah skuadron pesawat patroli Angkatan Laut Amerika Serikat yang melewati rakitnya. Tapi mereka tidak menawarkan bantuan.

Ini yang semakin menyadarkan Poon Lim bahwa ia akan mati di tengah lautan kalau mengandalkan bala bantuan. Dia harus dan hanya boleh mengandalkan diri sendiri.

Maka, Poon Lim memilih tidak menyerah. Dia berfokus pada apa yang bisa dia kendalikan, yaitu tetap hidup sampai dia terdampar di daratan. ⁣

Poon Lim

Poon Kim Diselamatkan di Brasil

Pada hari ke-131 di laut, Poon melihat air berubah dari hitam menjadi hijau pudar. Dia juga melihat lebih banyak burung di langit.

Pada hari ke-133, yakni 5 April 1943, Poo Lim melihat sebuah kapal kecil di kejauhan. Dia mengibarkan kemejanya dan melompat-lompat sambil berteriak sekuat tenaga.

Kapal tersebut berbalik arah dan mengangkat Poon Lim. Tiga pria yang berbicara bahasa Portugis memberinya air dan kacang kering. ⁣

Poon Lim telah menyeberangi seluruh Samudera Atlantik dan saat itu ia mencapai pantai utara Brasil, di wilayah negara bagian Pará, di Belém.

Dengan berat 9 kg lebih ringan, Poo Lim dibawa ke rumah sakit. Di sana ia dirawat selama empat minggu.

Setelah kembali ke Inggris, Poon Lim dianugerahi Medali Kekaisaran Britania Raya. Tak hanya itu. Angkatan Laut Kerajaan memasukkan kisahnya ke dalam buku panduan teknik bertahan hidup di tengah lautan lepas.

Setelah perang berakhir, Poon Lim memutuskan berimigrasi ke Amerika Serikat. Sayangnya, kuota untuk imigran Tiongkok telah penuh.

Senator Warren Magnuson pun turun tangan, memberinya izin masuk Amerika Serikat dan melapangkan jalan menuju kewarganegaraan negeri Paman Sam itu.

Poon Lim

Poon Lim Pemegang Rekor Dunia

 Poon meninggal dunia di Brooklyn pada 4 Januari 1991 pada usia 72 tahun. ⁣

Sebelum meninggal, Poon Lim diakui sebagai pemegang rekor Dunia Guinness untuk waktu terpanjang mengapung di lautan sendirian.

Ketika diberi tahu tentang rekor tersebut, Poo Lim berkata, “Saya berharap tidak ada orang yang perlu memecahkan rekor ini.”

Bahwa ada yang bertahan lebih lama lagi terapung di laut, oh iya. Tiga pelaut Meksiko mengapung 10 bulan dari 2005 hingga 2006 di Samudea Pasifik dengan perahu nelayan yang cacat.

Dalam situasi serupa, José Salvador Alvarenga, nelayan dari El Salvador, hilang 439 hari, terapung dari Meksiko ke Kepulauan Marshall.

Bedanya, mereka tidak menggunakan  rakit. Jadi, hingga kini  belum ada yang memecahkan rekor Poon Lim yang sendirian di atas rakit 133 hari terapung di lautan.

Poon Lim

Pesan Moral Kisah Poon Lim

Kisah Lim adalah kisah tentang keberanian, tekad, dan harapan. Boleh dibilang dia pahlawan untuk dirinya sendiri.

Kisahnya telah menginspirasi orang-orang di seluruh dunia. Berikut ini poinnya.

  1. Keberanian. Poon Lim menunjukkan keberanian yang luar biasa dalam menghadapi situasi sulit dan berbahaya di tengah lautan. Dia berani menghadapi tantangan dan tetap bertahan meskipun kondisi sangat tidak menguntungkan.
  2. Ketekunan. Poon Lim menunjukkan ketekunan luar biasa selama 133 hari di tengah laut. Dia terus mencoba bertahan hidup dan tidak menyerah meskipun situasinya sangat sulit. Ketekunan adalah kunci mencapai tujuan dan mengatasi rintangan.
  3. Optimisme. Meskipun berada dalam kondisi sulit, Poon Lim tetap optimistis. Dia tidak kehilangan harapan dan terus berusaha mencari cara untuk bertahan hidup. Optimisme adalah sikap mental yang sangat penting dalam menghadapi masa sulit. Dengan bersikap optimistis, seseorang dapat mengubah pandangannya terhadap situasi dan mencari solusi yang lebih baik.
  4. Kreativitas. Poon Lim menggunakan sumber daya yang ada di sekitarnya dengan kreatif untuk bertahan hidup. Kemampuan untuk berpikir kreatif dan melihat peluang dalam situasi yang sulit adalah kualitas yang berharga dalam menghadapi tantangan hidup.
  5. Bersyukur. Poon Lim selalu bersyukur atas apa yang dia terima, termasuk makanan dan air yang terbatas di laut. Sikap bersyukur membantu seseorang lebih menghargai apa yang dimilki, sekecil apa pun itu. Bersyukur membantu menjaga sikap positif dan memberi kekuatan untuk terus melanjutkan perjuangan.

Demikianlah, Poon Lim mengajarkan apa itu keberanian, ketekunan, optimisme, kreativitas, dan sikap bersyukur dalam menjalani hidup.

 

EDITOR: Redaksi Krebadia.com