Bersama Romo Bone Rampung: Perjumpaan Jurnalistik Itu Perjumpaan Intelektual

Avatar of Frans Anggal
PHOTO 2023 05 15 09 37 16 3

GEDUNG UTAMA — Tampak depan Gedung Utama Timur dan Gedung Utama Barat, Kampus Universitas Katolik (Unika) Indonesia St. Paulus Ruteng, Jalan Ahmad Yani 10, Ruteng, Kabupaten Manggarai. Gedung berlantai enam ini sangat simbolik mengukuhkan Unika St. Paulus Ruteng sebagai salah satu pusat keunggulan (centre of excellence) di Indonesia. 

Foto: Dokumen Unika St. Paulus Ruteng

Judul Titik Bidik ini mungkin dianggap receh. Jumpa orang koq jadi judul. Lain halnya kalau jumpa Poti Wolo, raksasa astralnya orang Manggarai. Itu baru heboh. Ini koq cuma jumpa orang.

Perjumpaan yang dirujuk adalah perjumpaan dengan Romo Bone Rampung pada Kamis 11 Mei 2023. Apa pentingnya perjumpaan yang “hanya” wawancara itu?

Bagi KrebaDi’a.com wawancara jurnalistik, dengan siapa pun, di tempat mana pun, bertujuan ganda. Di satu sisi mengumpulkan berita (news). Di sisi lain bertukar pandangan (views). Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Ini salah satu sikap dasar jurnalisme media ini. Jurnalis perlu melayakkan diri sebagai intelektual. Bukan cuma jadi tukang catat. Tukang rekam. Apalagi tukang nguping pembicaraan orang.

Metode kerja jurnalis, pada standar idealnya, adalah metode kerja intelektual. Bikin kerangka tulisan. Buat rencana peliputan. Baca buku agar paham teori dan konsep. Bikin riset pustaka dan riset lapangan. Diskusi. Verifikasi semua informasi, fakta, dan data.

Adapun wawancara, yang merupakan perjumpaan jurnalistik dengan narasumber, hanyalah salah satu dari sekian banyak cara menggali, melengkapi, dan menguji informasi, fakta, dan data. Bukan satu-satunya.

***

Baca Juga: Kiprah PBSI Unika St. Paulus Ruteng: Inilah Cara Unik Kaprodi Bone Rampung Memantau Aktivitas Mahasiswanya

Perjumpaan dengan Romo Bone Rampung terjadi setelah KrebaDi’a.com Melakukan riset awal untuk menjawab satu pertanyaan pokok.

Pertanyaannya bernuansa injili. “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Unika St. Paulus Ruteng?” Bandingkan dengan Injil Yohanes 1:46. “… Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”

Pertanyaan ini salah satu pertanyaan mendasar rencana peliputan. “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari titik-titik?” Titik-titik itu bisa orang. Bisa lembaga. Bisa peristiwa. Bisa rencana. Bisa program. Bisa apa saja.

Yang jadi soal, barangkali, kenapa rumusan pertanyaannya berlagak injili? Sederhana saja jawabannya. Nama KrebaDi’a.com Sendiri sudah injili nuansanya. “Kreba Di’a” adalah frasa bahasa Manggarai, padanan dari “Kabar Gembira”, yang sudah dianggap sebagai padanan yang pas untuk “Injil”.

Ada yang lebih hakiki. Pemosisian diri media ini. KrebaDi’a.com adalah portal media online yang Katolik 100 persen dan Indonesia 100 persen. Maka sudah seharusnya injili dan pancasilais. Baik dalam pilihan sikap dasar (optio fundamentalis) maupun dalam laku kerja jurnalistik. Juga dalam penyajian konten berita dan gagasan.

***

Baca Juga: Kiprah PBSI Unika St. Paulus Ruteng: Luar Biasa! Sebelum Ujian Skripsi, Mahasiswa Sudah Harus Terbitkan Buku