Kiprah PBSI Unika St. Paulus Ruteng: Luar Biasa! Sebelum Ujian Skripsi, Mahasiswa Sudah Harus Terbitkan Buku

Avatar of Redaksi Krebadia
WhatsApp Image 2023 05 11 at 18.52.52 e1683914950755

KrebaDi’a.com — Kiprah Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) pada Unika Indonesia St. Paulus Ruteng benar-benar luar biasa. Mungkin sulit dicari tandingannya pada universitas lain di Indonesia.

Setiap mahasiswa PBSI Unika St. Paulus Ruteng diwajibkan menerbitkan buku sebelum menjalani ujian skripsi. Menerbitkan buku menjadi prasyarat ujian skripsi.

Informasi itu diperoleh KrebaDi’a.com dari Ketua Prodi PBSI Unika Indonesia St. Paulus Ruteng Bonefasius Rampung, S.Fil, M.Pd saat wawancara di ruang kerjanya Lantai IV Gedung Utama Barat, Kampus Unika Indonesia St. Paulus, Jalan Ahmad Yani 10 Ruteng, Kabupaten Manggarai.

Bonefasius Rampung adalah imam Keuskupan Ruteng. Ia dikenal dengan panggilan Romo Bone Rampung.

“Sekarang mahasiswa saya (PBSI) dua tiga tahun terakhir wajib membalas pantun, kemudian dibukukan. Yang sudah dijilid ada sekitar 30-an,” katanya.

KrebaDi’a.com sempat memotret buku-buku karya mahasiswa PBSI tersebut. Buku-buku yang diterbitkan itu tidak main-main. Semuanya ber-ISBN.

WhatsApp Image 2023 05 11 at 18.52.52

BUKU KARYA MAHASISWA PBSI — Inilah sebagain dari tiga puluhan buku karya mahasiswa Prodi PBSI Unika St. Paulus Ruteng. Penerbitan buku yang ditulis dalam tim ini merupakan prasyarat ujian skripsi. Gambar diambil dalam ruang kerja Kaprodi PBSI Bonefasius Rampung, S.Fil, M.Pd., Kamis, 11 Mei 2023.
Foto: Etgal Putra/KrebaDi’a.com

Baca Juga: Kiprah PBSI Unika St. Paulus Ruteng: Romo Bone Rampung, Kaprodi yang Sibuk Tapi Tetap Rajin Menulis

ISBN merupakan singkatan dari International Standard Book Number atau Nomor Buku Standar Internasional. Ini pengindentifikasian unik untuk buku-buku yang digunakan secara komersial.

Para mahasiswa PBSI menulis dalam tim. Satu tim satu buku, terdiri dari empat lima mahasiswa. Dalam tiap buku selalu ada nama Bonefasius Rampung sebagai penulis pertama. Sebab, pantun dialah yang menjadi pancingan awal lahirnya ratusan pantun balasan dari para mahasiswa.

Bagaimana caranya agar para mahasiswa akhirnya berhasil menerbitkan buku?

“Tiap hari, tiap pagi, saya buat pantun. Saya kirim ke 2.000-an nomor kontak. Ada 400-an mahasiswa (PBSI) saya. Jadi, tiap pagi mereka balas, setiap sore mereka balas. Jadi (nantinya) sebelum susun skripsi, mereka wajib kumpulkan buku (berisi pantun tersebut) seperti portofolio. Itu wajib. Harus ada. Setelah itu baru uji skripsi,” kata Romo Bone.

Penggarapan buku dilakukan langkah demi langkah dan terbimbing dengan ketat.

“Saya tugaskan, (pada) setiap pantun tidak boleh ada kata yang sama. Tidak ada kata yang diulang sama, dengan maksud supaya memperkaya kosa-kata,” kata Romo Bone.

Aturan terbitkan buku sebelum ujian skripsi ini berlaku juga untuk mahasiswa Prodi Teologi yang materi kuliah Bahasa Indonesia-nya diampu Romo Bone.

“Mereka setiap hari wajib balas (pantun saya). Nanti setiap tanggal 2 (dalam bulan) kita kirim file bulanan per kelas. Maksudnya supaya saya dokumentasikan. Kalau mereka punya file nanti hilang, kita sudah punya arsip,” katanya.