27 Juni 1358: Pemberontakan Jacquerie yang Turut Memicu Perang 100 Tahun

Avatar of Redaksi Kreba Dia
96f4e85c7e0d0ed2

Krebadia.com — Terdapat beberapa peristiwa terpenting dalam sejarah yang terjadi pada tanggal 27 Juni, di antaranya adalah Pemberontakan Jacquerie.

Pemberontakan Jacquerie adalah pemberontakan rakyat yang terjadi di Prancis pada tanggal 27 Juni 1358, selama masa Perang Seratus Tahun.

Pemberontakan ini dipelopori oleh petani dan kelompok rakyat jelata yang menderita akibat kemiskinan dan kenaikan pajak oleh para bangsawan Prancis.

Beberapa kisah mengerikan seperti perkosaan, penjarahan, dan kekerasan dilakukan oleh para petani kepada bangsawan, dan perampokan terjadi di beberapa kota dan desa yang banyak penduduknya menderita akibat pajak yang tinggi.

Di Suatu Masa Ketika Budak Dikembangbiakkan Seperti Ternak

Pemberontakan Jacquerie diambil dari nama Jacques Bonhomme, yang merupakan sebutan untuk petani dan rakyat jelata Prancis pada masa itu.

Pada saat itu, para petani dan rakyat jelata di Prancis sangat menderita akibat kemiskinan, terutama setelah wabah hitam yang melanda Eropa pada abad ke-14, yang telah mengakibatkan kematian banyak orang dan melumpuhkan perekonomian.

Pemberontakan ini dimulai setelah sebuah pertempuran antara tentara Prancis dan pasukan Inggris, yang membuat raja Prancis pada saat itu, Charles II menarik angkatan daratnya dari Paris untuk membantu selama pertempuran.

Selama absensi Charles, kelompok petani dan rakyat jelata memberontak melawan para bangsawan yang berkuasa di wilayah mereka. Mereka membakar beberapa kota dan desa dan membunuh banyak bangsawan yang mereka temukan, mengakibatkan kekacauan dan kerusuhan yang meluas di seluruh Prancis.

Pemberontakan ini akhirnya dipadamkan oleh tentara Prancis yang kembali ke Paris setelah kemenangan dalam pertempuran. Kekuatan bangsawan bertahan dan beberapa di antara para pemimpin pemberontakan dieksekusi.

Dari Sarang Gerilyawan Vietcong: Laporan Seorang Reporter Prancis yang Ditawan 16 Hari

Pemberontakan Jacquerie mencerminkan kemarahan dan ketidakpuasan rakyat Prancis pada masa itu, yang menghadapi kondisi ekonomi dan sosial yang buruk, yang akhirnya membantu memicu Perang Seratus Tahun antara Prancis dan Inggris.

Perang Seratus Tahun sendiri adalah perang panjang antara Inggris dan Prancis yang berlangsung dari tahun 1337 hingga 1453.

Perang ini awalnya dimulai sebagai konflik atas klaim Inggris atas takhta Prancis, yang disebut Klaim Norman atau Klaim Angevin, yang berasal dari kawin campur antara keluarga kerajaan Inggris dan Prancis pada awal abad ke-12. Klaim ini dipertanyakan oleh raja Prancis, yang lebih berkuasa, dan memicu konflik antara kedua negara.

Tahun 1337, Raja Edward III dari Inggris mengklaim takhta Prancis dan mendarat di Normandia untuk merebut wilayah-wilayah Prancis di sebelah barat.

Selama beberapa dekade, Inggris berhasil merebut sebagian besar dari wilayah Normandia, Brittany, Akuitania, dan Calais, dengan beberapa kemenangan penting, seperti Pertempuran Crecy (1346), Pertempuran Poitiers (1356), dan Pertempuran Agincourt (1415).

Namun, Prancis akhirnya membalas dan merebut wilayah-wilayah penting tersebut kembali dalam beberapa dekade ke depan, termasuk Paris pada tahun 1436. Perang ini mengakibatkan kerugian besar bagi kedua belah pihak, baik dalam hal sumber daya maupun korban manusia.

Selain itu, Perang Seratus Tahun turut memengaruhi perkembangan di bidang militer, terutama dalam penggunaan busur panah, senapan, dan artileri.

Perang ini turut memengaruhi kehidupan rakyat Prancis sebagai penentangan mereka terhadap kekuasaan penguasa Inggris.

Pada akhirnya, perang ini juga memperkuat nasionalisme dan kesadaran nasional di kedua negara, memimpin pada pembentukan negara Prancis yang kuat.

Perang ini akhirnya berakhir pada tahun 1453 ketika Inggris menyerahkan klaimnya atas takhta Prancis. Perang ini dianggap sebagai salah satu perang terpanjang dan paling sengit dalam sejarah Eropa, dengan dampak dan konsekuensi yang signifikan bagi kedua belah pihak.

EDITOR: Redaksi Krebadia.com