BERITA  

Hotmiks Mudah Hancur Imbas Landasan Pasir Berlumpur, Temuan Lapangan “Krebadia” pada Proyek Jalan Rp14,6 Miliar di Manggarai Timur

Krebadia melakukan investigasi ke lokasi Proyek Peningkatan Ruas Jalan Lengko Ajang–Rana Kulan–Pota sepanjang 6,3 km di Kelurahan Golo Wangkung, Kecamatan Congkar, pada 23–24 Desember 2023

Kali Wae Lampang dengan ceruk penggalian material untuk landasan hotmiks proyek Peningkatan Ruas Jalan Lengko Ajang–Rana Kulan–Pota di Kabupaten Manggarai Timur sepanjang 6,3 kilometer yang dikerjakan oleh CV Pelangi Indah dengan nilai Rp14,6 miliar. Gambar diambil pada 24 Desember 2023. (Etgal Putra/Krebadia)
Kali Wae Lampang dengan ceruk penggalian material untuk landasan hotmiks proyek Peningkatan Ruas Jalan Lengko Ajang–Rana Kulan–Pota di Kabupaten Manggarai Timur sepanjang 6,3 kilometer yang dikerjakan oleh CV Pelangi Indah dengan nilai Rp14,6 miliar. Gambar diambil pada 24 Desember 2023. (Etgal Putra/Krebadia)

Ditulis oleh Etgal Putra

Krebadia.com — Proyek Peningkatan Ruas Jalan Lengko Ajang–Rana Kulan–Pota di Kabupaten Manggarai Timur sepanjang 6,3 kilometer yang dikerjakan CV Pelangi Indah dengan anggaran Rp14,6 miliar terbukti menggunakan landasar pasir berlumpur yang diambil dari Wae Lampang, kali yang membatasi Kecamatan Congkar dan Kecamatan Elar. Penggunaan material tak layak ini mengakibatkan hamparan hotmiks tidak melekat sempurna dengan landasan sehingga sangat mudah retak dan terbongkar oleh beban kendaraan dan penetrasi air hujan.

Temuan lapangan ini diperoleh Krebadia secara langsung dari lokasi proyek di Kelurahan Golo Wangkung, Kecamatan Congkar, pada 23–24 Desember 2023.

Temuan yang sama merupakan salah satu poin sorotan Forum Masyarakat Peduli Pembangunan Golo Wangkung Raya dalam suratnya bertanggal 21 Desember 2023 kepada bupati Manggarai Timur, Polres Manggarai Timur, Kejaksaan Negeri Ruteng, dan para pihak terkait.

Peliputan lapangan Krebadia selama 23–24 Desember 2023 menemukan, pada beberapa titik lintasan tampak jelas kontur jalan yang sudah rusak, meskipun belum lama dikerjakan.

Sebelumnya, kondisi ini dikeluhkan Lurah Golo Wangkung, Yohanes Sampur, dan beberapa warga masyarakat setempat melalui panggilan telepon.

Dalam laporan pertama yang dinaikkan Krebadia, Lurah Yohanes menduga, hotmiks tidak merekat pada landasan karena landasannya berupa pasir berlumpur yang diambil dari Kali Wae Lapang.

Dengan pengerjaan seperti ini, hotmiks jalan mudah retak, pecah-pecah, dan terurai dalam bentuk serpihan.

Mudah lepasnya hotmiks ini diibaratkan warga seperti gampangnya memisahkan biji jagung dari tongkolnya.

Ketika pecahan atau lempengan hotmiks diangkat, permukaan landasannya tampak basah dan berlumpur.

Kondisi jalan di wilayah Kelurahan Golo Wangkung Kecamatan Congkar yang mudah pecah, meskipun baru beberapa hari selesai dikerjakan. (Etgal Putra/Krebadia)
Kondisi jalan di wilayah Kelurahan Golo Wangkung Kecamatan Congkar yang mudah pecah, meskipun baru beberapa hari selesai dikerjakan. (Etgal Putra/Krebadia)

73 Titik Kerusakan pada Bentangan Terhotmiks

Dalam penelusuran lapangan Krebadia, terdapat kurang lebih 73 titik kerusakan yang dengan mudah ditemukan pada bentangan jalan yang telah selesai dihotmiks sepanjang kurang lebih 4–5 km.

Ke-73 titik kerusakan ini tidak termasuk kerusakan di area hutan kemiri yang belum dihampar hotmiks pada jalur menuju kali Wae Lampang.

Dengan pengamatan sederhana, kerusakan dapat dikelompokkan dalam tiga jenis: amblas, retak, dan pecah terurai.

Jenis kerusakan didominasi keretakan dengan panjang bervariasi mulai dari 1 hingga 3 meter lebih.

Sama seperti keretakan, ukuran pecah terurainya lapisan hotmiks juga bervariasi mulai dari 0,5 hingga  5 meter persegi.

Keretakan dimulai sejak kilometer pertama dari titik 0 (nol) yang berada di depan Gereja Lengko Ajang, dan sepanjang jalur yang telah dikerjakan.

Menurut warga, keretakan timbul beberapa hari setelah jalan selesai dihotmiks dan mulai dilintasi kendaraan bermotor.

WhatsApp Image 2024 01 03 at 11.34.17
Empat dari 73 titik kerusakan pada proyek jalan hotmiks Lengko Ajang-Rana Kulan-Pota yang dikerjakan CV Pelangi Indah. Gambar diambil pada 23 Desember 2023. (Etgal Putra/Krebadia)

Lurah Golo Wangkung: Jalan Rusak Bukan Hasil Rekayasa

Ite (Anda) sudah lihat langsung, masih sama seperti di foto, mungkin lebih buruk,” kata Gidelfridus Arifin, tokoh masyarakat Golo Wangkung, kepada Krebadia di rumahnya pada 23 Desember 2023.

Saat diwawancarai, Gidelfridus kembali menceritakan laporan yang sama seperti yang pernah ia ceritakan melalui sambungan telepon.

“Nanti bisa lihat lagi di bagian lain yang di atas.”

Lurah Golo Wangkung, Yohanes Sampur, yang juga diwawancarai Krebadia di rumah Gidelfridus kembali menceritakan kondisi yang ada.

Menurutnya, tidak berlebihan jika kesan kerja asal-asalan disematkan pada proyek milik Dinas PUPR Manggarai Timur ini.

Lurah Yohanes mengatakan ia dan masyarakatnya paham adanya beberapa pendapat berbeda di media sosial perihal  jalan di wilayah mereka.

Menurut Yohanes, jalan yang rusak dan pecah dalam pemberitaan media merupakan kondisi nyata, bukan rekayasa akibat dipecahkan oleh masyarakat, seperti yang disebutkan dalam komentar di media sosial.

“Kondisinya memang seperti yang Ite (Anda) lihat,” kata Yohanes.

“Jangankan dicungkil, kena hujan saja langsung terlepas.”

Seraya menyayangkan pandangan miring yang dilontarkan pengguna media sosial, ia berpendapat akan jauh lebih bijak jika para peragu itu datang lihat langsung ke Golo Wangkung.

“Kami merindukan jalan bagus selama puluhan tahun,” kata Yohanes.

“Bodoh namanya kalau kami lagi yang sengaja kasih rusak.”

Menurut Lurah Yohanes, keretakan hotmiks pada jalan tersebut bertambah besar dan semakin parah oleh terpaan hujan sepanjang akhir 2023.

Salah satu titik kerusakan jalan yang tampak basah dan berlumpur. Warga menduga, landasan jalan ini menggunakan pasir berlumpur yang diambil dari Wae Lampang, sebuah kali yang membatasi Kecamatan Congkar dan Kecamatan Elar. (Etgal Putra/Krebadia)
Salah satu titik kerusakan jalan yang tampak basah dan berlumpur. Warga menduga, landasan jalan ini menggunakan pasir berlumpur yang diambil dari Wae Lampang, sebuah kali yang membatasi Kecamatan Congkar dan Kecamatan Elar. (Etgal Putra/Krebadia)

Tambang di Tepi Kali Wae Lampang

Kasus pasir berlumpur sebagai landasan hotmiks Proyek Peningkatan Ruas Jalan Lengko Ajang–Rana Kulan–Pota telah diangkat dalam laporan pertama Krebadia pada 21 Desember 2023.

Pasir berlumpur ini disebut warga berasal dari Wae Lampang, kali yang berjarak kurang lebih 7 km dari Lengko Ajang.

Area tepian kali Wae Lampang juga digunakan CV Pelangi Indah sebagai lokasi mendirikan base camp serta lahan parkir bagi armada truk dan alat berat yang digunakan dalam proyek ini

Menurut warga yang ditemui Krebadia di lokasi, base camp tersebut dibangun di atas tanah milik warga lain yang sering disapa Bapa Naris. Mereka tidak mengetahui pasti nama lengkapnya.

Saat Krebadia mendatangi lokasi pada 24 Desember 2023, base camp itu sepi. Tidak ada seorang pun pekerja di sana.

Di sekitar base camp, genangan air berlumpur memenuhi permukaan jalan yang masih berupa tanah.

WhatsApp Image 2024 01 02 at 21.44.25
Base camp serta lahan parkir bagi armada truk dan alat berat yang digunakan CV Pelangi Indah. (Etgal Putra/Krebadia)

Di parkiran, tepatnya di samping base camp, dua buah dump truck, sebuah truk tangki air, dan sebuah truk molen diparkir berjejer pada sisi tebing yang telah digusur.

Terpisah kurang lebih sepuluh meter, sebuah ekskavator diparkir bersebelahan dengan sebuah mesin pemecah batu.

Berjarak kurang lebih dua puluh meter ke arah selatan base camp, di dalam sebuah petak tanah yang berisi puluhan pohon mahoni setinggi belasan meter, beberapa truk kontainer diparkir tanpa ada aktivitas pekerja.

Sebuah buldozer dan kendaraan proyek lainnya diparkir begitu saja di bawah naungan mahoni.

Berdasarkan informasi warga, petak tanah berisi pohon mahoni tersebut dimiliki seseorang yang bernama Nur Salim.

Tidak jauh dari sana, terdapat gundukan batu dan sebuah alat yang digunakan untuk memisahkan batu-batu tersebut ke dalam ukuran yang diinginkan.

Dari gundukan bebatuan ini, tampak jelas sebuah kali yang menjadi sumber batu dan pasir yang digunakan dalam proyek jalan yang dikeluhkan masyarakat Golo Wangkung.

Gundukan pasir dan bebatuan yang dikeruk dari Wae Lampang di atas lahan milik Nur Salim, warga Desa Rana Kulan. (Etgal Putra/Krebadia)
Gundukan pasir dan bebatuan yang dikeruk dari Wae Lampang di atas lahan milik Nur Salim, warga Desa Rana Kulan. (Etgal Putra/Krebadia)

Pasir Berlumpur dari Wae Lampang: Berkualitas Buruk Namun Tetap Digunakan

Tidak diketahui seberapa panjang kali yang memisahkan wilayah Kecamatan Congkar dan Elar ini membentang.

Menurut warga, kali ini mengalir hingga muara di utara Pulau Flores.

Selain memiliki debit air yang cukup besar dan digunakan pertanian, Wae Lampang menyajikan pilihan lain untuk dimanfaatkan masyarakat sekitar.

Batu kali dan pasir kali ini digunakan warga sebagai material bangunan.

Untuk batu kali, Wae Lampang menyediakan pilihan yang lebih dari cukup.

Berbagai ukuran batu tersedia di sini. Mulai dari batu besar hingga kerikil berdiameter 1-2 sentimeter.

Bagi masyarakat sekitar, bebatuan sepanjang Wae Lampang boleh disebut unggul dari ketersediaan dan kemudahan akses.

Namun, berbeda dengan material batu yang menjadi primadona, material pasirnya tidak begitu dipuji kualitasnya, meskipun tetap digunakan sebagai bahan bangunan oleh masyarakat sekitar.

Ceruk galian pasir di kli Wae Lampang. Aliran air bercampur lumpur dari ratusan sawah di tepi kali ini, turut menyumbang deposit lumpur yang mengalir dan mengendap sepanjang kali Wae Lampang. (Etgal Putra/Krebadia)
Ceruk galian pasir di kli Wae Lampang. Aliran air bercampur lumpur dari ratusan sawah di tepi kali ini, turut menyumbang deposit lumpur yang mengalir dan mengendap sepanjang kali Wae Lampang. (Etgal Putra/Krebadia)

“Mau tidak mau. Di sini pasirnya campur dengan lumpur,” kata Aleks Madus yang diwawancarai pada 23 Desember 2023.

“Bagusnya kalau ambil pasir itu tiga kilo (meter) dari sini. Sudah bersih.”

Dikatakan Aleks, kondisi pasir berlumpur bisa jadi disebabkan oleh banyaknya persawahan sepanjang tepian kali.

Aliran alir bercampur lumpur dari ratusan sawah di tepi kali turut menyumbang deposit lumpur yang mengalir dan mengendap sepanjang kali Wae Lampang.

“Mereka (CV Pelangi Indah) kerja jalan pake pasir dari situ,” kata Aleks.

Kerusakan masif pada tepi di kali Wae Lampang, lokasi galian pasir yang digunakan dalam proyek milik CV Pelangi Indah. (Etgal Putra/Krebadia)
Kerusakan masif pada tepi di kali Wae Lampang, lokasi galian pasir yang digunakan dalam proyek milik CV Pelangi Indah. (Etgal Putra/Krebadia)

Pernyataan Aleks, Gidelfridus, Lurah Yohanes, dan warga lain tentang pasir berlumpur terbuktikan saat Krebadia mendatangi lokasi galian pasir di tepian kali Wae Lampang.

Belasan meter dari jembatan Wae Lampang, ditemukan banyak cerukan galian yang dibiarkan terlantar.

Kedalaman ceruk galian sekitar satu meter.

Cerukan tersebut tergenang air dengan dasar cerukan berisi pasir bercampur lumpur.

Dari gundukan pasir, jejak ban dump truck pengangkut, hingga tumpukan pasir dan batuan di area base camp, cerukan galian tersebut merupakan bekas lokasi galian CV Pelangi Indah.

Material pasir galian inilah yang digunakan dalam proyek jalan yang kemudian dikeluhkan kualitasnya oleh masyarakat Golo Wangkung.

Bagi masyarakat sekitar, bebatuan sepanjang Wae Lampang boleh disebut unggul dari ketersediaan dan kemudahan akses, namun tidak bagi pasirnya. Dianggap belum bersih dan berlumpur. (Etgal Putra/Krebadia)
Bagi masyarakat sekitar, bebatuan sepanjang Wae Lampang boleh disebut unggul dari ketersediaan dan kemudahan akses, namun tidak bagi pasirnya. Dianggap belum bersih dan berlumpur. (Etgal Putra/Krebadia)

Forum Masyarakat Tolak PHO dan Desakkan Proses Hukum

Berkenaan dengan buruknya kualitas proyek hotmiks jalan  ini, Forum Masyarakat Peduli Pembangunan Golo Wangkung Raya telah menyuarakan beberapa tuntutan melalui suratnya.

Forum ini mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Matim segera melakukan audit dan investigasi teknis secara menyeluruh atas Proyek Peningkatan Ruas Jalan Lengko Ajang–Rana Kulan–Pota, merujuk laporan yang telah disampaikan masyarakat.

Forum juga mendesak Pemkab Matim segera mengevaluasi kinerja CV Pelangi Indah sebagai pemenang tender proyek Peningkatan Ruas Jalan Lengko Ajang–Rana Kulan–Pota.

Berkenaan dengan tekstur hotmiks jalan yang lunak dan mudah hancur meskipun baru dikerjakan, Forum Masyarakat Peduli Pembangunan Golo Wangkung Raya mendesak Pemkab Matim nengambil sikap lanjutan yang mereka jabarkan secara terperinci.

Dalam surat laporan tersebut, masyarakat menolak seluruh hasil pekerjaan dan perbaikan atas kerusakan yang terjadi.

Masyarakat menolak dilaksanakannya PHO (provisional hand over atau serah terima sementara pekerjaan) proyek jalan tersebut dan menuntut penggantian kerugian  masyarakat.

Masyarakat juga mendesak Pemkab Manggarai Timur memproses hukum, melakukan pemutusan kontrak, serta memasukkan CV Pelangi Indah ke dalam daftar hitam (black list) proyek pemerintah.

Terakhir, masyarakat meminta Pemkab Matim mengevaluasi penempatan pengawas lapangan dan/atau konsultan yang tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan/atau tidak profesional dalam pekerjaannya.

 

Baca juga artikel terkait PUPR MANGGARAI TIMUR atau tulisan menarik Etgal Putra lainnya.
EDITOR: Redaksi Krebadia.com