Krebadia.com — Proyek air bersih Rp5,6 miliar dinilai gagal. Airnya tidak keluar. Warga tiga kampung di Desa Rana Masak, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mengungkapkan mereka terpaksa menempuh jarak 1 km untuk memperoleh air.
Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Manggarai Timur Ivan Bula membantah pernyataan warga. Sebab, menurutnya, setelah pengerjaan proyek di desa tersebut, air mengalir hingga ke semua kampung termasuk Maro, Golo Borong, dan Metuk.
Selain melalui pengamatan lapangan, informasi proyek air bersih bermasalah ini dihimpun Krebadia.com dari warga penerima manfaat yang ditemui terpisah. Mereka adalah Yohanes Gajeng (45), Genofiva Jewawut (57), Teresia Wanung (45), dan Sabinus Hasa (61).
Sudah menjadi pengetahuan umum terutama oleh para pelintas jalan, warga desa yang berjarak hanya kurang lebih 5 km dari pusat pemerintahan daerah Kabupaten Matim tersebut sudah bertahun-tahun merindukan air bersih masuk wilayah mereka.
Penelusuran Krebadia.com pada Selasa 27 juni 2023 menemukan sejumlah warga desa sedang menimba air di salah satu sumber air terdekat.
Jeriken bertumpukan. Mereka mengantre saat menimba air. Saat mandi dan mencuci pun demikian.
Warga yang memiliki kendaraan roda dua, sedikit dipermudah saat mengangkut jeriken-jeriken tersebut. Namun tidak demikian bagi warga yang tidak memiliki kendaraan. Mereka harus memikul jeriken-jeriken berisi air itu demi kebutuhan mereka sehari-hari.
Beberapa kampung di desa itu, yakni kampung Maro, Golo Borong, dan Metuk, hanya bertumpu pada beberapa sumber air terdekat.
Warga dari tiga kampung tersebut mengaku pasrah. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, mereka tidak punya pilihan lain selain memanfaatkan sumber air yang ada.
Keluarga yang mampu terpaksa membeli air dengan harga Rp50.000 hingga Rp60.000 per 1.100 liter yang dijual menggunakan mobil-mobil tangki pick up di wilayah itu.
Baca juga:
![Proyek Air Bersih Rp5,6 Miliar Dinilai Gagal, Warga 3 Kampung di Manggarai Timur Harus Tempuh 1 Km untuk Mendapat Air 3 WhatsApp Image 2023 07 08 at 22.28.00](https://i0.wp.com/krebadia.com/wp-content/uploads/2023/07/WhatsApp-Image-2023-07-08-at-22.28.00.jpeg?resize=680%2C510&ssl=1)
Proyek Air Bersih Sejak Tahun 2018
Pantauan Krebadia.com, di wilayah Desa Rana Masak sudah dibangun perluasan jaringan air minum bersih (AMB) dari dana APBD Kabupaten Manggarai Timur sejak tahun 2018.
Bukti adanya jaringan pipa sangatlah kasat mata. Di depan rumah-rumah warga terlihat pipa-pipa jaringan melintang dengan sempurna seakan memberikan kesan bahwa warga tidak sedang kesulitan air bersih.
Pada masing-masing rumah warga pun sudah dipasang meteran air, meski sudah tampak karatan karena menurut warga setempat tidak pernah ada aliran air.
Menurut data yang diperoleh Krebadia.com dari Layanan Pengadaan secara Elektronik (LPSE) Matim, sejak tahun 2018 hingga tahun 2021 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Matim sudah gelontorkan dana sekurang-sekurangnya 5,6 miliar rupiah untuk proyek pengembangan jaringan air minum bersih di desa itu.
Pada tahun 2018 silam, Pemkab Matim mengalokasikan dana sebesar Rp999.813.607, bersumber dari dana APBD pada tahun itu, yang dikerjakan oleh CV Dian Jaya dengan agenda pekerjaan pembangunan AMB Golo Ndele-Rana Masak.
Pemkab Matim kembali menggelontorkan dana senilai Rp1.220.599.989, untuk perluasan jaringan AMB Golo Ndele- Rana Masak. Di kerjakan oleh CV Bakti Putra Persada dengan sumber dana dari APBD tahun 2019.
Pada tahun 2020, Pemkab Matim kembali mengalokasikan dana yang bersumber dari APBD pada tahun itu senilai Rp2.726.572.440, untuk pengembangan jaringan perpipaan di Desa Rana Masak yang dikerjakan oleh PT Arison Karya Sejahtera.
Pada tahun 2021, Pemkab Matim kembali menggelontorkan dana pemeliharaan untuk membeli pipa baru dan membersihkan bak induk senilai Rp204.000.000.
Baca juga:
![Proyek Air Bersih Rp5,6 Miliar Dinilai Gagal, Warga 3 Kampung di Manggarai Timur Harus Tempuh 1 Km untuk Mendapat Air 4 Sumber air di Golo Borong. (Foto: Andre Babur/<em>Krebadia.com</em>)](https://i0.wp.com/krebadia.com/wp-content/uploads/2023/07/WhatsApp-Image-2023-07-08-at-22.28.41.jpeg?resize=680%2C510&ssl=1)
Nyaris Tidak Berguna
Proyek multi-year yang menelan biaya beruntun selama empat tahun tersebut ternyata nyaris tidak menjawab kerinduan warga Rana Masak yakni terpenuhinya kebutuhan akan air minum bersih.
Yohanes Gajeng (45), warga Desa Rana Masak kepada Krebadia.com mengatakan perluasan jaringan AMB di desa itu nyaris tidak berguna.
Menurut dia, sejak awal pemasangan meteran air proyek perluasan jaringan AMB yang menelan dana miliaran rupiah itu, warga tidak pernah menikmati air bersih dari hasil proyek tersebut.
“Menurut kami di sini, tidak ada gunanya proyek air minum ini,” kata Yohanes saat ditemui Krebadia.com di kediamannya di Golo Borong, Desa Rana Masak, Kamis 29 Juni 2023.
Untuk mendapat air, kata Yohanes, warga terpaksa mengambil air dari kali Wae Maras dan Wae Bobo, yang jaraknya 2 km dari kampung Golo Borong.
Yohanes sendiri harus menghabiskan Rp200.000 per bulan untuk membeli air saat musim kemarau. Kalau musim hujan, keluarganya berupaya menampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
“Untuk satu bulan itu, paling kurang empat tangki. Harga per tangki itu 50 ribu hingga 60 rupiah rupiah,” katanya.
Baca juga:
![Proyek Air Bersih Rp5,6 Miliar Dinilai Gagal, Warga 3 Kampung di Manggarai Timur Harus Tempuh 1 Km untuk Mendapat Air 5 WhatsApp Image 2023 07 08 at 22.29.13](https://i0.wp.com/krebadia.com/wp-content/uploads/2023/07/WhatsApp-Image-2023-07-08-at-22.29.13.jpeg?resize=680%2C510&ssl=1)
Percuma Jalan Bagus
Yohanes Gajeng mengaku kecewa dengan proyek perluasan jaringan air minum bersih di Desa Rana Masak yang tidak menjawab keluhan masyarakat itu.
“Percuma jalan bagus kalau masih kesusahan air. Air ini kan kebutuhan utama,” katanya dengan raut wajah penuh kekesalan.
Keluhan serupa diungkapkan Genofiva Jewawut (57), salah satu ibu rumah tangga saat ditemui Krebadia.com di kediamannya di Maro, Selasa 27 Juni 2023.
Keluarga Genofiva kesulitan mendapat air bersih bertahun-tahun.
Meski di rumahnya sudah terpasang meteran air sejak tahun 2021, keluarganya hanya tiga kali menimba air dari hasil proyek tersebut.
Tetapi, kata dia, air yang ditimbanya saat itu bukan dari kran-kran yang sudah terpasang, melainkan dari pipa-pipa jaringan yang bocor, itu pun tidak lama.
“Dulu airnya pernah mengalir. Tetapi tidak lama. Di kran-kran itu tidak keluar tetapi dari pipa yang bocor di depan. Dari pada buang cuma-cuma, akhirnya kami timba di situ. Itu pun tidak lama,” katanya.
Keluarga Genofiva dan warga sekitar merasa senang ketika pemasangan meteran air di rumah-rumah warga mulai dilakukan, meskipun saat itu dimintai uang Rp50.000 oleh petugas yang melakukan pemasangan.
Kegembiraan sesat itu tinggal kenangan pahit. Untuk kebutuhan sehari-hari, kata Genofiva, keluarganya dan warga sekitar harus berjalan sejauh kurang lebih 1 km ke arah barat kampung Maro untuk mendapat air.