Sinonim-Sinonim Mubazir

WhatsApp Image 2023 07 14 at 22.56.12
Pameran Ekonomi Kreatif, Membeli Berarti Memilih (Foto: dok.rmbone)

Dalam praktik berbahasa seseorang bisa menggunakan lebih dari satu kata yang maknanya hampir sama tetapi nilai rasanya berbeda. Praktik seperti ini terjadi karena setiap bahasa mengenal istilah sinonim. Konsep sinonim ini juga berlaku untuk bahasa Indonesia.

Kata sinonim secara etimologis terbentuk dari sin (“sama” atau “serupa”) dan akar kata onim “nama” yang bermakna “.

Sinonim adalah kata yang dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum”. Sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa.  Secara singkat: sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi.

Berikut merupakan deretan contoh kata yang bentuknya berbeda tetapi makna denotasinya hampir sama. Hanya makna konotasinya (nilai rasanya berbeda):

(a) pintar, pandai, cakap, cerdik, cerdas, banyak akal, mahir
(b) gagah, kuat, tegap, perkasa, berani, megah, kacak
(c) mati, meninggal, berpulang, mangkat,. wafat, mampus
(d) bodoh, tolol, dungu, goblok, otak udang

Penguasaan dan pemahaman seseorang tentang kata bersinonim itu berpengaruh terhadap cara orang memilih kata saat berbahasa baik lisan maupun tulisan. Sinonim tidak hanya menolong seseorang untuk menyampaikan gagasan-gagasan umum tetapi juga membantu seseorang untuk membuat pembedaan-pembedaan yang tajam dan tepat antara makna kata-kata itu.

Sekalipun makna kata-kata cantik, molek, bagus, baik, indah, permai sama, atau semua kata itu bersinonim, kita toh tidak pernah atau tidak wajar mengatakan: *perempuan itu indah  atau *gadis ini permai.

Pengguna bahasa hanya akan menerima dan menganggap wajar kalau konstruksi itu menjadi perempuan itu cantik atau gadis ini molek.

Pilihan leksikal seseorang dalam membentuk konstruksi yang disebut sebagai kalimat mempertimbangkan nilai rasa dan kecocokan asosiasi antara satu kata dengan kata yang berdampingan dalam kalimat.

Asosiasi yang tetap antara kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat disebut kolokasi (collocation).

Konstruksi *Anjing meninggal misalnya, tidak memenuhi tuntutan kolokasi antara kata anjing dan meninggal. Anjing lebih tepat berdampingan (berkolokasi) dengan kata mati sedangkan manusia lebih tepat berdampingan dengan kata meninggal.

Inilah salah satu masalah berpautan dengan konsep sinonim dalam setiap bahasa. Sinonim pada satu sisi memperkaya nuansa berbahasa seseorang tetapi pada sisi lain memaksa pemakai bahasa agar menggunakan pilihan leksikal bercorak sinonim secara lebih teliti.

Masalah lain, yang sering tidak disadari, terkait penggunaan sinonim ganda dalam satu-satuan konstruksi bahasa (baca kalimat). Konstruksi ganda itu misalnya dan juga;  lagi pula, tambahan lagi, tambahan pula, hanya saja, demi untuk,  agar supaya, lalu berikut, lalu kemudian, kemudian berikutnya, pun  juga, lalu sesudah itu, dsb.

Pemakaian sinonim ganda seperti itu persis berlawanan dengan hakikat lahirnya sinonim-sinonim yang mengharuskan pebahasa menentukan pilihan yang tepat.

Berikut kami turunkan beberapa contoh penggunaan sinonim ganda dalam kalimat yang kami temukan dalam pelbagai surat kabar.

(e) Pada bulan Oktober cuaca biasanya panas dan juga

(f) Pencuri itu ditangkap, lalu kemudian diserahkan kepada pihak berwajib.

(g) Anak yang berani biasanya dapat berjuang hanya seorang diri saja.

(h) Setelah oknum itu merampok kemudian berikutnya ia membuang barang bukti.

(i) Lalu sesudahnya polisi memblokade jurusan yang rawan kecelakaan.

(j) Hutan harus dilindungi demi untuk menjaga kelestarian alam.

(k) Setelah acara usai para undangan meninggalkan ruangan pesta.

Baca juga:

Mencermati kalimat  (e) s.d. (k) kita temukan pola pemakaian kata yang bermakna hampir sama dalam satu kalimat. Konstruksi-konstruksi seperti itu membuat kalimat-kalimat tersebut tidak gramatikal dan tidak efektif. Ada gejala penggunaan bentuk yang sifatnya mubazir.

Untuk menghindari kemubaziran seperti itu, bentuk sinonim dalam satu kalilmat sedapat mungkin dihindari. Pebahasa diharuskan untuk menentukan pilihan yang cermat dari kemungkinan kata yang bercorak sinonim itu ketika akan membentuk satu kalimat.

Bentuk dan juga, lalu kemudian, hanya saja, kemudian berikutnya, lalu sesudahnya, demi untuk, setelah usai yang dipakai secara simultan itu harus dibenahi dengan menentukan pilihan hanya satu kemungkinan.

Kalimat (e) s.d. (k) itu dapat diubah menjadi kalimat yang baku dan efektif seperti (e1) s.d.(k1) berikut.

(e1) Pada bulan Oktober cuaca  biasanya panas dan kering atau Pada bulan Oktober cuaca  biasanya panas juga  kering.

(f1) Pencuri itu ditangkap lalu diserahkan kepada pihak berwajib atau Pencuri itu ditangkap kemudian diserahkan kepada pihak berwajib.

(g1) Anak yang berani biasanya dapat berjuang hanya seorang diri atau Anak yang berani biasanya dapat berjuang seorang diri saja.

(h1) Setelah oknum itu merampok kemudian ia membuang barang bukti atau Setelah oknum itu merampok berikutnya ia membuang barang bukti.

(i1) Lalu polisi memblokade jurusan yang rawan kecelakaan atau Sesudahnya polisi memblokade jurusan yang rawan kecelakaan.

(j1) Hutan harus dilindungi demi menjaga kelestarian alam atau Hutan harus dilindungi untuk menjaga kelestarian alam.

(k1) Setelah acara para undangan meninggalkan ruangan pesta atau Usai acara para undangan meninggalkan ruangan pesta.

 

EDITOR: Redaksi Krebadia.com


 

sosok romo bone e1683867442101Bonefasius Rampung, S.Fil, M.Pd adalah imam Keuskupan Ruteng. Penulis buku Fatamorgana Bahasa Indonesia 1 dan Fatamorgana Bahasa Indonesia 2. Dosen dan ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unika Indonesia Santu Paulus Ruteng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *